Tantangan Dedi Mulyadi pada Buwas, Minta Disebutkan Nama-nama 'Setan' yang Bikin Harga Kedelai Mahal

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi menantang Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. . .

Editor: Fauzie Pradita Abbas
Istimewa
Terlalu Banyak Orang Dipidana Gara-gara Ngomong Sendiri, Satire Dedi Mulyadi atas Kasus Najwa Shihab 2 

TRIBUNCIREBON.COM -  untuk menyebutkan nama-nama setan yang berada di lingkaran kedelai.

Hal itu agar diketahui sehingga terang benderang siapa yang bermain di balik mahalnya harga kacang kedelai di Indonesia.

"Saya meminta Pak Buwas (Budi Waseso) untuk menyebutkan nama setan di lingkaran kedelai. Setan itu tak pernah terlihat tapi kerjanya terasa. Kalau kita mau melihat setan tak mungkin karena tak bisa terlihat, tapi hasil kerjanya akan terasa oleh masyarakat," kata Dedi dalam keterangan tertulis, Jumat (5/2/2021).

Pernyataan Dedi itu untuk merespons ucapan Budi Waseso atau Buwas bahwa mahalnya harga kedelai disebabkan oleh lingkaran setan, yakni praktik kartel dan birokrasi yang panjang.

Heboh Foto Pembunuh Weni Tania yang Tewas Ditusuk Bambu Tersebar di Medsos, Begini Kata Polisi

Jadi menurut Buwas, kenaikan harga kedelai bukan karena masalah kurangnya pasokan, melainkan akibat lingkaran setan berupa kartel dan birokrasi yang rumit.

Dedi menyebutkan, kalau memang ada lingkaran setan yang menyebabkan kedelai mahal, lebih baik Buwas menyebutkan siapa saja nama-nama orangnya.

Dedi menyebutkan, kalau memang ada lingkaran setan yang menyebabkan harga kedelai mahal, lebih baik Buwas menyebutkan siapa saja nama-nama orangnya.

"Minimal kami tahu setannya siapa," kata Dedi.

Dedi mengatakan, Komisi IV DPR RI akan mengundang Bulog terkait harga kacang kedelai setelah beres reses Februari ini.

"Komisi IV undang Bulog. Pak Buwas harus terbuka ke Komisi IV sebutkan nama setannya," kata Dedi.

Teliti Sebelum Membeli, Ini 4 Masker Organik Ilegal yang Beredar di Toko Online, Tak Ada Izin BPOM

Kabulog Budi Waseso alias Buwas
Kabulog Budi Waseso alias Buwas (Kolase Tribun Jabar (Net TV dan Tribunnews))

Harga Kedelai Melonjak, Harga Tahu dan Tempe di Kota Sukabumi Tetap, tapi Ukurannya Diperkecil

Dinas Koperasi, UMKM, Perdangangan dan Perindustrian (Diskoperindagin) Kota Sukabumi menyebutkan harga kedelai di sejumlah pasar tradisional mengalami kenaikan dari Rp 9 ribu menjadi 10 ribu per kilogram.

Kepala Seksi Pengawasan Barang Strategis pada Diskoperidangin Kota Sukabumi, Moch Rifki menjelaskan, saat ini harga kacang kedelai tengah mengalami kenaikan sejak satu beberapa hari lalu.

"Untuk kacang kedelai lokal dari seharga Rp 9 ribu menjadi Rp 10 ribu perkilogram. Sedangkan untuk kedelai impor naik dari Rp 9 ribu jadi Rp 9.500 perkilogram," kata dia saat ditemui diruangan kerjanya, Kamis (7/1/2021).

Kenainikan kacang kedelai tersebut lanjut dia, berdasarkan monitoring ke sejumlah pasar tradisional di wilayah Kota Sukabumi, seperti Pasar eks Pelita dan Pasar Pasundan.

Kapada Raffi Ahmad Gading Marten Mengaku Beratnya ketika Cerai dengan Gisel sampai Ogah Tampil di TV

"Imbas dari kenaikan kacang kedelai tersebut berdampak terhadap sejumlah harga serta jumlah produksi tahu tempe yang ada dibeberapa wilayah Kota Sukabumi," katanya.

Dirinya memastikan, meskipin harga kedelai mengalami kenaikan, namun untuk harga tahu dan tempe tidak terjani peningkatan harga. Karena sejumlah produsen tahun tempe mengurangi ukurannya.

"Untuk menyiasati kenaikan kacanga kedelai itu, para pengarajin tahun tempe mengurangi ukuran tahu dan tempe menjadi lebih kecil," ucapnya.

Pihaknya mengaku, hingga saat ini belum bisa memastikan jumlah ketersediaan jenis kacang kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan di Kota Sukabumi.

Kata Mantan Striker Juventus Ini, Hakan Calhanoglu Pemain Paling Penting di AC Milan

"Stoknya belum bisa dipastikan. Kita sedang konfirmasi ke pihak Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Sukabumi," jelasnya.

Rifki menambahkan, sedangkan untuk bahan pokok penting dan barang strategis lainya cukup tersedia, serta fluktuasi harga masih dalam batas kewajaran. Begitu juga dengan penyaluran dan pendistribusian barang-barang tersebut dalam kondisi aman dan lancar.

PENJUALAN KEDELAI MENURUN - Seorang pekerja memasukkan kacang kedelai ke dalam karung untuk ditimbang di salah satu toko kacang kedelai di Jalan Terusan Pasirkoja, Kota Bandung
PENJUALAN KEDELAI MENURUN - Seorang pekerja memasukkan kacang kedelai ke dalam karung untuk ditimbang di salah satu toko kacang kedelai di Jalan Terusan Pasirkoja, Kota Bandung (Gani Kurniawan)

Imbas Pandemi Covid-19, Tingkat Kunjungan Wisata Kota Cirebon Selama 2020 Tidak Mencapai Target

Sentra Tahu Cibuntu, Bertahan Berkat Resep Leluhur, Pakai Kedelai Impor Berkualitas

Kota Bandung memiliki sentra tahu. Sentra ini sudah ada puluhan tahun lalu. Namanya sentra tahu Cibuntu.

Sentra Tahu Cibuntu berada di Kelurahan Warung Muncang, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung.

Para perajin di sentra tahu Cibuntu ini sudah menekuni usaha ini turun temurun.

Mereka mempertahankan resep leluhur dan bahan baku alami yang berkualitas sejak 1960-an.

Perajin tahu, Supardi (56), mengaku, menekuni usaha membuat tahu sudah 40 tahun.

Dia menyebut usahanya ini merupakan warisan turun temurun dari sesepuh dan orang tuanya.

Bersama sang istri, Lilis Sudiarti (47) dan lebih dari sepuluh orang pegawainya, dia mempertahankan rumah produksi tahu yang berdiri pada 1980-an.

Menurutnya, selama ini, dia menggunakan resep dan bahan, termasuk proses pengolahannya, warisan dari leluhurnya.

Dia tetap menggunakan bahan baku kedelai impor berkualitas, air bersih dari artesis yang diendapkan semalam.

Dia mengaku untuk rasa dan warna hanya menggunakan kunyit sebagai pewarna alami, serta garam sebagai rasa gurih.

"Secara keseluruhan proses yang dilakukan saya masih sama seperti yang diajarkan orang tua, yaitu, semua bahannya alami," kata Supardi saat ditemui di rumahnya di Jalan Cibuntu Selatan RT 03 RW 07, Kelurahan Warung Muncang, Sabtu (16/1/2021).

Supardi pun tak merasa keder dengan bemunculannya berbagai jenis tahu, seperti tahu Susu, tahu Keju, dan lain-lain.

Meurutnya hal tersebut tidak mempengaruhi permintaan pembeli terhadap tahu cibuntu. Sebab, katanya, produk tahu tersebut berasal dari beberapa perajin tahu di Cibuntu.

Perajin di sentra tahu Cibuntu, Supardi (56).
Perajin di sentra tahu Cibuntu, Supardi (56). (Tribun Jabar/Cipta Permana)

Resep Sentra Tahu Cibuntu

Supardi memilih mempertahankan keaslian tahu cibuntu untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Bahkan untuk pemasaran, dirinya mengaku hanya mengandalkan pedagang keliling.

Pedagang tersebut setiap hari datang mengambil tahu dari pabriknya.

Dia pun mengaku tidak tertarik berjualan online.

"Untuk bertahan dari persaingan, kami cuma berusaha membuat tahu dengan mempertahankan kualitas dari bahan baku, pengolahan, hingga penjualan," katanya.

Koperasi

Para perajin tahu memiliki wadah koperasi agar bisa tetap bertahan. Satu di antaranya Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti).

Menurut Ketua Kopti Kota Bandung, Asep Nurdin anggota Kopti Kota Bandung yang tercatat resmi mencapai 500 anggota. Dan, katanya, hanya 200 anggota yang masih aktif.

Asep mengatakan, banyak anggotanya yang mendirikan koporasi masing-masing dan diikuti oleh yang lainnya sebagai anggota koperasi baru.

"Selama ini upaya yang kami lakukan dalam mensejahterakan para anggotanya memang dapat disebut berkurang dari sebelumnya, seiring berkurangnya anggota dan faktor situasi lainnya," ujarnya

Meski demikian, katanya, hingga saat ini, masih tetap berupaya memenuhi setiap kebutuhan para anggota, terutama para pengrajin kecil.

"Kopti memberikan bantuan pinjaman modal usaha, bonus usaha dari kegiatan menjual kebutuhan produksi dan ketersediaan bahan baku kedelai, meskipun tidak sebesar sebelumnya," katanya.

Layaknya koperasi, kata Asep, Kopti menyediakan layanan Kosipa (simpan pinjam) bagi para anggota yang butuh modal usaha.

"Termasuk, kami juga masih menyediakan undian umrah bagi para anggota Kopti Kota Bandung," ujarnya.

"Hanya upaya ini yang bisa kami lakukan untuk mempertahankan para perajin anggota Kopti Kota Bandung," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved