Gatot Nurmantyo Dianggap Cari Modal Dukungan untuk Pilpres 2024 Makanya Sering Bela Rizieq Shihab

Dukungan Gatot Nurmantyo itu disinyalir sebagai upaya mencari modal dukungan untuk menghadapi Pilpres 2024.

Editor: Mumu Mujahidin
Istimewa
Sering bela Habib Rizieq Shihab Gatot Nurmantyo Disebut Nyari Modal Dukungan Pilpres 2024 

TRIBUNCIREBON.COM - Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dianggap cukup sering membela Rizieq Shihab.

Hal itu disinyalir sebagai upaya mencari modal dukungan untuk menghadapi Pilpres 2024.

Pengamat Politik Ujang Komarudin menyebut bukan hal aneh apabila Gatot membela Rizieq.

"Tidak aneh dan bukan hal baru. Karena keduanya memiliki garis yang sama, yaitu menjadi kritikus terhadap pemerintah," ujar Ujang, Minggu (6/12/2020).

Tidak hanya sama dalam konteks mengkritisi pemerintah, menurut Ujang, langkah perjuangan Gatot dan Rizieq juga memiliki kesamaan, yaitu ingin meluruskan pemerintah jika dinilai salah jalan.

"Jadi pada intinya, Gatot juga butuh HRS (Rizieq Shihab) dan massanya. Jika Gatot maju jadi capres atau cawapres, maka dia membutuhkan HRS. Jadi HRS bisa menjadi teman dan aset bagi Gatot," ujar Ujang.

Pendapat senada juga disampaikan Pengamat Politik Maksimus Ramses Lalengkoe.

Ia mengatakan saat ini Gatot sedang mencari dukungan dari kelompok Rizieq.

"Saya menganalisa, Gatot sedang mencari arus dukungan kelompok Rizieq. Sebab hanya kelompok itu yang bisa dia garap secara politik, karena lebih terorganisir ketimbang kelompok lainnya," katanya.

Diketahui, baru-baru ini, Gatot tampil dalam acara Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh yang disiarkan Front TV.

Dalam kesempatan itu, ia mengatakan masih ada praktik ketidakadilan dalam pemeriksaan Rizieq Shihab oleh Kepolisian terkait kasus kerumunan di Petamburan.

"Apa yang terjadi belakangan ini tentang pemeriksaan Habib Rizieq, kalau memang negara ini adil dan benar-benar beradab maka semua yang kumpulan-kumpulan, periksa semuanya," tegas Gatot.(Willy Widianto)

Baca juga: Gatot Nurmantyo Mati-matian Bela Habib Rizieq Shihab Sampai Sebut Hukum di Indonesia Tebang Pilih

Baca juga: Gatot Nurmantyo dan Amien Rais Dukung Revolusi Akhlak Gagasan Rizieq Shihab: Karena Sudah Parah

Mati-matian Bela Habib Rizieq Shihab

Mantan Panglima TNI sekaligus Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo mati-matian bela Rizieq Shihab.

Gatot Nurmantyo menyebut penegakkan hukum di Indonesia sudah tebang pilih, tanpa mengedepankan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Gatot Nurmantyo saat acara Reuni 212 bertema Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh secara virtual, Jakarta, Rabu (2/12/2020).

"Apa yang terjadi belakangan ini tentang pemeriksaan Habib Rizieq Shihab. Kalau memang negara ini adil dan beradab, maka semua yang perkumpulan diperiksa semuanya," kata Gatot.

Menurut Gatot, para pemegang kekuasaan saat ini telah melakukan penyimpangan.

Padahal pemerintah hanya sebagai penerima mandat dari rakyat dan rakyat menjadi pemilik kedaulatan tertinggi.

"Jadi revolusi akhlak ini sangat penting, karena sudah parah, berubah keburukan menjadi kebaikan," ujar mantan Panglima TNI itu.

Selain itu, penangkapan sejumlah petinggi KAMI, kata Gatot, sebuah bentuk penegakkan hukum yang tidak benar dilakukan karena tanpa alat bukti yang kuat.

"Saya kasihan sama penyidiknya, karena penyidik Kepolisian adalah orang yang pintar, cerdas dan pasti mempunyai hati nurani," paparnya.

"Dia batinnya tersiksa, karena dia harus melakukan pelanggaran hukum untuk menangkap saudara-saudara KAMI," sambung Gatot.

Baca juga: Elza Syarief Vs Nikita Mirzani Jilid 2, Sang Pengacara Kini Bela Ustaz Maaher dan Habib Rizieq

Baca juga: BEREDAR Foto Hasil Tes Swab Habib Rizieq Menunjukkan Positif Covid-19, Ini Penjelasan Ketua MER-C

Polisi Diceramahi Warga Petamburan ketika Antar Surat Pemanggilan

Suasana di Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat mendadak ramai ketika sejumlah warga berkumpul di depan kediaman Habib Rizieq Shihab (HRS), Rabu (2/12/2020).

Hal itu lantaran penyidik dari Polda Metro Jaya yang kembali mengantarkan surat panggilan kedua kasus kerumunan kepada HRS pada Rabu (2/12/2020) siang.

Awalnya, para penyidik Polda Metro Jaya sempat meninggalkan kediaman Rizieq, tetapi kembali datang mengunjungi rumah imam besar FPI itu.

Kedatangan penyidik ke lokasi dikarenakan surat panggilan ternyata diduga belum bisa disampaikan dan diterima oleh pihak perwakilan keluarga Rizieq sebelumnya.

Pihak penyidik datang kembali sekira pukul 13.20 WIB ke kediaman HRS.

Namun, lagi-lagi aparat mendapat halangan dari pasukan laskar FPI yang berjaga di lokasi.

Para punggawa Laskar meminta aparat menunggu dahulu, sembari dirinya melakukan koordinasi dengan keluarga dan pengacara Rizieq.

Berdasarkan pantauan Tribunnews di lokasi, aparat yang datang sempat diteriaki lantunan salawat nabi dan diceramahi.

"Kalau bapak berpihak kepada orang yang salah, hati bapak akan salah Dekat ulama hati bapak Insyaallah bersih. Jangan dikit-dikit panggil, jangan pilih kasih," kata salah satu perwakilan massa menceramahi penyidik Polda Metro Jaya, Rabu (2/12/2020).

Tak berselang lama salah satu penyidik diberkenankan masuk ke dalam kediaman Rizieq.

Akan tetapi, sekitar lima menit kemudian penyidik itu keluar dan meninggalkan lokasi secara bersama-sama.

Ketika mengonfirmasi kepada penyidik, laskar mengamuk dan meneriakkan makian kepada polisi.

Awak media yang hendak menanyakan perihal surat pun diusir dari lokasi.

Massa dan warga terus mengikuti polisi dan awak media hingga keluar area Gang Paksi ke arah Jalan KS Tubun.

Beberapa wartawan mendapatkan intimidasi  dari laskar dan massa di Petamburan, di antaranya TV One, Okezone, Detik, dan CNN Indonesia.

Suasana di Petamburan III masih dijaga ketat oleh laskar. Pihak-pihak yang tak berkepentingan dilarang berada di lokasi.

Baca juga: Sekeluarga Asal Dago Bandung Kecelakaan di Naringgul, Avanza Hantam Tebing Penumpang Terpental

Baca juga: Anjing Lucu Ini Diadopsi, Baru Tiba di Rumah Malah Dimasak & Dimakan oleh Tuannya, Tulang Digerogoti

Revolusi Akhlak

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menegaskan revolusi akhlak yang digaungkannya bukan merupakan bentuk pemberontakan untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya sampaikan soal revolusi ini, jangan ada yang berpikir revolusi akhlak itu pemberontakan, tidak betul," ujar Habib Rizieq dalam acara Reuni 212 bertema Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh secara virtual, Jakarta, Rabu (2/12/2020).

Menurutnya, dirinya dan para habib di Indonesia telah didik oleh guru-guru terdahulu, tidak boleh melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah.

Kalau sudah diterima masyarakat melalui Pemilu, kata Habib Rizieq, suka atau tidak suka, adil atau tidak adil maka harus tetap menghormati pemerintahan.

"Tapi kita harus bersikap objektif, kebijakan yang dikeluarkan bagus, yang baik harus kita apresiasi, kita terima dan jalankan bersama. Kebijakan-kebijakan yang membahayakan keselamatan bangsa dan negara, kebijakan yang menindas rakyat wajib kita kritisi," kata Habib Rizieq.

"Mengkritik pemerintahan yang sah itu bukan makar, mengkritik pemerintahan yang sah itu bukan pemberontakan. Ini yang perlu saya jelaskan, kita ahli sunah wal jamaah, ini negeri dakwah di mana kita mengajak orang untuk berbuat baik, termasuk para penguasa dan pemerintah ayo kita berbuat baik," sambung Habib Rizieq.

Habib Rizieq menyebut pemberontakan dapat saja dilakukan jika pemerintah melakukan pembantaian kepada para ulama, habaib, maupun umat muslim.

Namun, pemerintahan saat ini dinilai tidak melakukan hal tersebut dan akhirnya tidak pantas melakukan pemberontakan.

"Tidak boleh kita melakukan pemberontakan, kecuali dalam konteks para habaib, ulama, umat Islam dibantai terjadi pembunuhan itu dalam konteks bela diri, dalam hukum agama dan hukum international itu dibenarkan, semoga itu tidak terjadi di NKRI," papar Habib Rizieq.

"Jadi jangan digambarkan revolusi akhlak itu revolusi berdarah, revolusi makar, revolusi pemberontakan, revolusi menjatuhkan pemerintahan yang sah, tidak," kata Habib Rizieq.

Untuk terwujudnya revolusi akhlak, kata Habib Rizieq, semua komponen bangsa harus bersama-sama terlibat untuk berdialog dan membuka diri, tanpa saling menyalahkan.

"Jadi untuk menuju ke arah ini kita harus buka pintu dialog. Kita harus selalu membuka diri untuk bicara dengan pihak mana saja, kita harus siap mengkritik dan kita juga harus siap dikritik, jangan merasa paling benar sendiri, paling suci sendiri, tidak ada yang maksum diantara kita, jika ini ada kelalaian, kita saling koreksi," ujarnya.

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved