VIDEO - Budidaya Lebah Tanpa Sengat Mulai Marak di Kuningan, Ternyata Harga Madunya Mahal
aat ini memiliki puluhan koloni lebah trigona yang sudah menghasilkan literan madu murni.
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Budidaya lebah tanpa sengat di tengah Pandemi Covid-19 menjadi tren di kalangan milenial Kuningan.
Hal ini menyusul dengan kebijakan dan anjuran pemerintah untuk tetap berada di rumah saat masa pandemi Covid-19.
“Iya awal hanya iseng bikin kegiatan dan membuat pengembangan budidaya lebah seperti ini,” kata Amar, salah seorang pembudidaya lebah, saat ditemui di rumahnya, Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya,Kabupaten Kuningan, Selasa (20/10/2020).
Baca juga: INI Mars Hari Santri Nasional Bersama Santri Damailah Negeri Lengkap dengan Sejarah Hari Santri
Baca juga: 305 Warga Karawang Positif Covid-19 Masih Diisolasi di Rumah Sakit, Perketat Protokol Kesehatan
Amar awalnya mencoba untuk melakukan budidaya lebah tetragonula leaviceps atau lebah teuweul di halaman belakang rumahnya.
“Praktik itu menggunakan puluhan kotak kayu yang disimpan dalam rak-rak besi,” kata Amar.
Lama berkembang, Amar menyebutkan bahwa saat ini memiliki puluhan koloni lebah trigona yang sudah menghasilkan literan madu murni.
“Praktek seperti ini sudah lima bulan,” katanya.
Menurutnya, budidaya lebah teuweul tidak diperlukan keahilan khusus.
“Yang terpenting di sekitar tempat penyimpanan kotak yang berisi lebah harus banyak ditumbuhi tanaman bunga,” katanya.
Untuk jenis bunga yang disukai lebah trigona diantaranya bunga matahari, bunga cosmos, bunga aster dan beragam jenis bunga lainnya.
"Iya kan, makanan lebah itu sari – sari dari bunga kan, jadi kalau pengen mencoba budidaya sama, tinggal lengkapi saja tanaman bunga di sekitar lokasi budidaya,” katanya.
Baca juga: 3 Prajurit TNI Tertembak Saat Kontak Senjata dengan KKB Pimpinan Lamek Taplo di Pegunungan Bintang
Untuk satu koloni atau satu kotak lebah, kata Amar, ini memerlukan waktu mulai 5 sampai 6 bulan, dalam memperoleh cairan madu sebanyak 100 hingga 200 mililiter.
“Madu murni ini dapat dijual seharga Rp 120 ribu untuk 200 ml madu. Selain itu lebah teuweul dipilih, karena jenis lebah ini tidak menyengat manusia atau lebih dikenal dengan sebutan lebah tanpa sengat,”katanya.
Soal keuntungan,kata dia, selain tidak ada sengat madu ini bisa untuk dijual ataupun untuk konsumsi sendiri.
“Jadi kami meyakini 100 persen madu asli karena budidaya sendiri,” katanya.
Baca juga: 15 Desa di Majalengka Dapat Bantuan Program Padat Karya, Bakal Dapat Pasokan Dana Rp 200 juta
Selain membudidaya lebah teuweul, budidaya juga dilakukan jenis lebah Apis Cerana atau lebah madu asia.
“Namun jumlahnya tidak sebanyak lebah teuweul karena lebah madu asia memiliki sengat meski hasil panennya jauh lebih banyak,” katanya.
Untuk satu koloni atau satu kotak lebah, pernah menjual seharga Rp 200 hingga Rp 250 ribu.
“Kedepannya berencana untuk mencoba budidaya lebah hetragona itama yang dapat menghasilkan madu lebih banyak dari lebah tetragonula leaviceps,”katanya. (*)