Doa
Hari Ini Arba Mustakmir, Ini Doa & Amalan Rebo Wekasan Untuk Tolak Bala di Rabu Terakhir Bulan Safar
Biasa dikenal dengan sholat tolak bala di Rabu terakhir Bulan Safar yang jatuh pada hari ini Rabu 14 Oktober 2020.
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan hal tersebut.
Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya.
Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.
Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang." (Lathaif al-Ma’arif, hal 148).
Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari pernah ditanya tentang hukum Rebo Wekasan dan beliau menyatakan:
"Semua itu tidak ada dasarnya dalam Islam (ghairu masyru’). Umat Islam juga dilarang menyebarkan atau mengajak orang lain untuk mengerjakannya."
mengerjakannya."

Lima Tradisi Tolak Bala Warga Banjar di Rebo Wekasan
Arba Mustamir, istilah yang digunakan untuk menyebut hari Rabu terakhir di bulan Safar masih diyakini sebagian kalangan masyarakat sebagai hari yang sakral.
Pada sebagian masyarakat Banjar, tradisi memperingati Arba Mustamir masih dilakukan hingga sekarang.
Konon ini adalah hari datangnya 320.000 sumber penyakit dan marabahaya 20.000 bencana.
Baca juga: PROMO Hypermart Weekday, Berlaku Hingga 15 Oktober 2020, Ada Diskon Daging, Susu dan Elektronik
Karenanya menjadi semacam kebiasaan sebagian bagi masyarakat Banjar untuk melakukan hal-hal tertentu untuk menghindari kesialan pada hari itu, misalnya:
1) Sholat sunnah mutlak disertai doa tolak bala,
2) Selamatan kampung, biasanya disertai dengan menulis wafak di atas piring kemudian dibilas dengan air, seterusnya dicampurkan dengan air di dalam drum supaya bisa dibagi-bagikan kepada orang banyak untuk diminum,
3) Mandi Safar untuk membuang sial, penyakit, dan hal-hal yang tidak baik. Mandi Safar ini menjadi atraksi wisata menarik di Kal-Teng yang dipromosikan. Mandi Safar ini merupakan tradisi masyarakat yang mendiami tepian sungai Mentaya,