50 Ribu Ton Garam Produksi Petani di Jabar Tahun 2019 Belum Terserap di Pasaran, Menumpuk di Gudang
Sedikitnya sebanyak 50 ribu ton garam produksi para petani di Jawa Barat hingga kini belum terserap di pasaran.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Sedikitnya sebanyak 50 ribu ton garam produksi para petani di Jawa Barat hingga kini belum terserap di pasaran.
Garam-garam itu menumpuk di gudang-gudang milik para petani, seperti yang terlihat di gudang-gudang petani garam di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon.
Baca juga: KATALOG Promo Indomaret 14-20 Oktober 2020, Super Hemat, Product of The Week & Promo Heboh Ada Semua
Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik mengatakan, garam tersebut merupakan sisa produksi tahun 2019.
"50 ribu ton garam petambak yang belum terserap itu merupakan sisa produksi 2019 kemarin," ujar dia saat dihubungi melalui sambungan seluler, Rabu (14/10/2020).

M Taufik menjelaskan, pada tahun 2019, para petani garam di Jawa Barat mampu memproduksi garam mencapai 300 ribu ton.
Hal ini seiring dengan terjadinya musim kemarau panjang pada tahun kemarin.
Baca juga: Penyebab Seseorang Kena Serangan Jantung Saat Bersepeda, Pesepeda Pemula Perlu Waspada Hal Ini
Baca juga: Sejarah Apem, Makanan Khas Saat Tradisi Rebo Wekasan di Situs Makam Pangeran Pasarean Cirebon
Hanya saja, penyerapan garam tersebut tidak sebanding dengan hasil yang diproduksi.
Ia menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan garam produksi petani kurang terserap.
Salah satunya adalah kualitas garam yang dihasilkan para petani lokal kalah bersaing.
Terlebih, menurut M Taufik tata niaga garam kini dikuasai oleh para bakul yang ingin mencari keuntungan lebih.
Baca juga: PENGHASILAN Mang Casdim Sehari Cuma Dapat Duit Rp 20 Ribu, Itu pun Harus Angkut 5.000 Bata Merah
Tidak hanya itu, harga garam dipasaran juga disebutkan M Taufik anjlok, garam- garam yang produksi para petani hanya dihargai sekitar Rp 250 per kilogram saja.
Oleh karena itu, ia meminta kepada pemerintah untuk bisa mencari solusi yang kini dihadapi para petani garam.
Seperti, membantu peningkatan kualitas garam petani dengan penerapan geo membran.
Namun, bantuan itu pun harus diiringi dengan pembinaan dan harus menyasar kepada petani yang benar-benar membutuhkan.
"Jangan seperti 2015. Geo membran diberikan, tapi tidak ada pembinaan sehingga petambak tidak mengerti penggunaannya," ujar dia.