10 Tahun Tinggal di Rumah Nyaris Ambruk, Pasutri Asal Sumedang Ini Menangis Saat Rumahnya Diperbaiki

Tangis bahagia Dasih semakin tak terbendung dan berkali-kali mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih saat rumahnya langsung diresmikan

Editor: Machmud Mubarok
TribunJabar.id/Hilman Kamaludin
Pasangan suami istri (pasutri) di Sumedang, Sa'i (72) dan Dasih (65) yang rumahnya diperbaiki. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNCIREBON.COM, SUMEDANG - Tangis bahagia pasangan suami istri (pasutri), Sa'i (72) dan Dasih (65) tak terbendung setelah rumahnya yang tidak layak huni selesai diperbaiki, Senin (5/10/2020).

Rumah pasutri asal Dusun Sukamulya, RT 2/5/, Desa Sukamantri, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang itu asalnya hanya rumah panggung berbilik bambu yang kondisinya nyaris ambruk dan kondisi bangunanya sudah lapuk dimakan usia.

Namun, saat ini rumah berkuran 5,5 meter x 6,5 meter tersebut sudah berdiri kokoh karena sudah direnovasi menjadi rumah semi permanen, sehingga pasutri itu bisa menikmati masa tuanya dengan tenang di rumah yang layak huni.

Buruh di Indramayu Janji Tak Bakal Mogok Kerja, tapi Kompak Mau Lakukan Aksi Penolakan Omnibus Law

12 Rumah Warga di Wado Sumedang Rusak Parah Diterjang Angin Puting Beliung Kemarin Sore

Warga Peroleh Bantuan Rutilahu dari Kementerian PUPR, Cuma Rp 2,5 Juta yang Bisa Langsung Diambil

Tangis bahagia Dasih semakin tak terbendung dan berkali-kali mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih saat rumahnya langsung diresmikan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Sumedang.

Dasih mengatakan, ia dan suaminya tinggal di rumah yang tidak layak huni itu sudah 10 tahun, sedangkan untuk dua orang anaknya tinggal di rumah yang berbeda.

"Alhamdulillah bersyukur, saya menanti rumah ini bisa diperbaiki sudah 5 tahun. Kalau tinggal disini sudah 10 tahun lebih," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Senin (5/10/2020).

Ia mengaku, sejak dulu memang tidak mampu untuk memperbaiki rumahnya yang nyaris ambruk itu karena ia dan suaminya setiap hari hanya bekerja sebagai pedagang gorengan, begitupun dengan anak-anaknya yang saat ini sudah berumah tangga.

"Saya hanya jualan gorengan keliling, anak juga sama (jualan) di sekitar sini. Tapi beda rumah," kata Dasih.

Dari hasil jualan gorengan yang hanya mendapatkan rata-rata Rp 50 ribu per hari, Dasih kesulitan untuk memperbaiki rumahnya karena pengahasilan itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Jadi, hanya bisa bersyukur sekarang rumah ini sudah diperbaiki. Asalnya, panggung berbelilik bambu," ucapnya.

Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mengatakan, perbaikan rumah milik pasutri tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pemkab Sumedang, Kodim, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Sumedang.

"Ini dalam rangka HUT TNI ke-75 dan HUT Korem ke-58. Alhamdulillah dalam hari yang istimewa ini kami bisa meresmikan rumah yang tidak layak huni," katanya.

Dony mengatakan, rumah milik Dasih tersebut awalnya memang rumah panggung yang benar-benar sudah tidak layak huni, sehingga pasutri itu memang layak untuk mendapat bantuan program Rutilahu.

"Tim penilai sebelumnya betul-betul telah melakukan survei dan verifikasi, mana rumah yang betul-betul harus dibangun," ucap Dony.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved