Profil Ponpes Husnul Khotimah di Kuningan, Berawal dari Obrolan Santai untuk Meredam Ahmadiyah
Obrolan itu mengarah kepada solusi agar Ahmadiyah tidak berkembang, apalagi sampai masuk ke masyarakat Maniskidul.
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Pondok Pesantren Husnul Khotimah terletak di Desa Maniskidul Jalaksana Kuningan, tepatnya secara geografis terletak di bawah kaki bukit Gunung Ciremai.
Secara teritorial Pondok Pesantren Yayasan Husnul Khotimah termasuk dalam wilayah kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.
Sebagaimana dipaparkan dalam hasil penelitian IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dimuat di laman www.syekhnurjati.ac.id, disebutkan bahwa batas-batasnya wilayah kompleks Pondok Pesantren Husnul Khotimah ini adalah :
1. Sebelah Barat : Kebun bambu dan rumah milik warga desa Sembawa
2. Sebelah Utara : Kebun bambu semak belukar milik warga Maniskidul
3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Pondok Pesantren Al-Multazam
4. Sebelah Selatan : Kebun pertanian milik warga dan Kampus SETIA HK.
Desa Maniskidul merupakan sebuah kawasan yang startegis, karena dekat dengan berbagai obyek wisata seperti Cibulan Indah, Curug Sidomba, Linggar Jati, Sangkan Hurip dan berbagai objek wisata lainnya.
Lingkungan Maniskidul merupakan daerah yang strategis dan potensial bagi para pelajar (santri), wisatawan, dan pendatang lainnya. Dengan keberadaan dua lembaga pendidikan pesantren (Husnul Khotimah dan Al-Multazam), menjadikan arus ekonomi masyarakat hidup. Bisa kita lihat dari banyaknya mini market dan toko milik warga di sepanjang jalan menuju pondok pesantren, serta tersebarnya warnet di pemukiman milik warga
setempat.
Sejarah Pondok Pesantren Husnul Khotimah
Terbentuknya pondok pesantren Husnul Khotimah berawal dari obrolan santai H. Sahal dengan HM. Djunaedi (Almarhum) salah seorang tokoh masyarakat sekaligus sebagai ketua MUI Desa Maniskidul (yang dijadikan sebagai salah seorang dewan pendiri Pondok Pesantren Husnul Khotimah), pada hari Selasa tanggal 25 Desember 1990, selepas shalat Ashar di Cibulan.
Tema obrolan santai saat itu, tentang perubahan-perubahan penting yang terjadi di masyarakat, terutama perkembangan aliran Ahmadiyah yang berkembang di Desa Manis Lor yang bertetanggaan dengan Desa Maniskidul.
Obrolan itu mengarah kepada solusi agar Ahmadiyah tidak berkembang, apalagi sampai masuk ke masyarakat Maniskidul.
Topik lain yang dibicarakan adalah kepedulian sosial untuk ikut serta mengentaskan permasalahan kemiskinan dan kebodohan masyarakat Maniskidul.
Saat itulah, obrolan santai tersebut menuai gagasan, melahirkan ide suci dan menghasilkan cita-cita mulia. Haji Sahal Suhana bercita-cita ingin menjadikan Desa Maniskidul sebagai kota santri dengan mendirikan sebuah Pondok Pesantren.
Otak dan pikiran H. Sahal Suhana pun jauh menerawang membayangkan akan terjadi sebuah perubahan besar beberapa tahun ke depan dengan di sulapnya hutan bambu (yang terletak di Blok Kliwon Dusun I RT. 05
RW. 01 Desa Maniskidul Jalaksana Kuningan Jawa Barat) menjadi kota santri alias Pondok Pesantren.
Setelah pembicaraan empat mata tersebut, malam harinya. H. Sahal Suhana mengadakan musyawarah dengan keluarga. Beliau menyampaikan keinginannya untuk mendirikan pesantren.
Keluarga besar H. Ibrahim Sukanta (sang mertua) memberikan respon yang sangat positif dan mendukung penuh cita-cita mulia H. Sahal Suhana sang menantunya. Bahkan H. Ibrahim Sukanta langsung menginfakkan tanahnya seluas 4.200 meter persegi sebagai modal awal pendirian pesantren. (Muzakki, 2011: 28-29)
Dengan dukungan penuh keluarga besar H. Ibrahim Sukanta sebagai mertua dan Ir. Udin Abimanyu sebagai atasan, H. Sahal Suhana semakin semangat untuk segera mewujudkan citacitanya mendirikan pesantren. Maka mulai bulan Januari 1991 berangsur-angsur, H. Sahal Suhana membebaskan tanah dan lahan di dusun Kliwon Desa Maniskidul sebagai lokasi Pondok Pesantren. (Muzakki, 2011: 30)
Untuk segera mrealisasikan cita-cita mulia beliau, sepulang dari Tanah Suci Mekkah, H. Sahal Suhana kembali bersilahturahmi ke sesepuh pesantren Buntet Cirebon. Para kiai Buntet menyarankan agar segera dilaksanakan pembangunan Masjid sebagai salah satu syarat berdirinya Pondok Pesantren.
Mengikuti saran para kyai Buntet, maka pada hari Ahad 24 Juni 1993 di mulai pembangunan Masjid Pondok Pesantren. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh KH. Fuad Hasyim Buntet-Cirebon, dan KH. Rohani Al-Amin dari Waled-Cirebon. (Muzakki, 2011: 38)
Nama Husnul Khotimah berawal dari usulan Ir. H. Udin Abimanyu Kepala Dinas Tata Kota DKI Jakarta (almarhum). Beliau mengusulkan nama Husnul Khotimah dan dikonsultasikan kepada Drs. Syarifudin Mahfudz (Wakil Ketua Bapinroh DKI Jakarta, asal Desa Kasturi Kuningan). Drs. Syarifudin menjelaskan makan “Husnul Khotimah” dengan begitu jelas kepada H. Sahal Suhana dan Ir. H. Udin Abimanyu. Akhirnya H. Sahal Suhana dan Ir. H. Udin Abimanyu sepakat dengan nama Husnul Khotimah.
Sejak saat itulah Pondok Pesantren bernama Pondok Pesantren Husnul Khotimah di bawah naungan Yayasan Husnul Khotimah. Tetapi saat itu Yayasan Husnul Khotimah belum diajukan dan disyahkan oleh Notaris, karena H. Sahal Suhana masih mencari orang-orang yang berkualitas sebagai Badan Pendiri Yayasan dan Pondok Pesantren Husnul Khotimah. (Muzakki, 2011: 41-42)
Keberadaan Pondok Pesantren Husnul Khotimah yang berdiri harus mendapat pengakuan resmi dari pemerintah dan juga masyarakat. Untuk itu pada tanggal 2 Mei 1994, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, para pengurus Yayasan Husnul Khotimah menghadap Notaris (Suharmani) di Kuningan. Tanggal 2 Mei inilah ditetapkan sebagai tanggal lahirnya Pondok Pesantren dan Yayasan Husnul Khotimah.
Untuk lebih mengokohkan pengakuan masyarakat dan supaya lebih dikenal oleh masyarakat luas, maka pada tanggal 7 Januari 1995 setelah kegiatan pembelajaran barjalan satu semester, Pondok Pesantren Husnul Khotimah diresmikan oleh Bupati Kuningan H. Yeng DS. Partawinata, SH. Peresmian yang menjanjikan harapan ini dihadiri oleh unsur Muspida dan Tokoh Masyarakat se-Kabupaten Kuningan dan undangan dari Jakarta, Keluarga Besar Tata Kota DKI Jakarta. Dalam peresmian ini diadakan tablig akbar dengan penceramah KH. Zaenuddin MZ dan DR. Manarul Hidayat.
Dalam acara peresmian tersebut, Yayasan Husnul Khotimah menyerahkan pengelolaan Pondok Pesantren kepada Pimpinan Pondok Pesantren (KH. Ade Syabulhuda, Lc.)
Awalnya Pondok Pesantren Husnul Khotimah berdiri di atas tanah keluarga H. Sahal
Suhana. Biaya pembebasan tanah dan pembangunan Pondok Pesantren ditanggung oleh H. Sahal
Suhana. Kemudian H. Sahal Suhana mewaqafkan semua tanah yang sudah digunakan untuk
pembangunan Pondok Pesantren Husnul Khotimah saat itu (1994 sd pertengahan 1997)
Maka sejak tanggal 14 Juni 1997 Pondok Pesantren Husnul Khotimah menjadi milik Yayasan Husnul Khotimah, bukan menjai milik H. Sahal Suhana dan H. Ibrahim sekeluarga. (Muzakki, 2011: 59-61)
Berikut ini data perkembangan santri sejak berdirinya Pondok Pesantren Husnul
Khotimah Kuningan :
Tahun Pelajaran Jumlah Anak
1994-1995 24
1995-1996 169
1996-1997 348
1997-1998 986
1998-1999 798
1999-2000 761
2000-2001 1077
2001-2002 906
2003-2004 1027
2004-2005 933
2005-2006 1044
2006-2007 1185
2007-2008 1158
2008-2009 1283
2009-2010 1306
2010-2011 1388
2011-2012 1590
2012-2013 1522
2013-2014 1629
2014-2015 1701
2015-2016 2677
Mudir
Kegiatan Pondok Pesantren Husnul Khotimah dimulai sejak tahun ajaran 1994, dan sebagai Mudir/Pimpinan Pondok KH. Ade Syabul Huda, Lc. (alumnus Universitas Al-Azhar – Kairo) sampai dengan Agustus 1996, dan dilanjutkan oleh KH. Achidin Noor, MA. (alumnus Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Riyadh dan Madinah KSA) samapai dengan tahun 2006.
Dari 12 Juli 2006 sampai dengan 23 Oktober 2008 dipimpin oleh Ust. Sufyan Nur Lc. (alumnus LIPIA Jakarta). Kemudian dilanjutkan oleh KH. Jajang Aisyul Muzakki, Lc., M.Pd.I. (alumni LIPIA Jakarta) sampai dengan tahun 2009. Dan tahun 2009 s.d. tahun 2010 dilanjutkan oleh KH. Mu’tamad, Lc., M.Pd. Al- Hafizh (alumni LIPIA Jakarta). Setelah itu dari tahun 2010 s.d. tahun 2015 dilanjutkan oleh KH. Amam Baruttamam, Lc. (alumni Universitas Al-Azhar – Kairo). Dan saat ini Pimpinan Pondok Pesantren dipimpin oleh KH. Mohammad Sabiqin, Lc.. (alumns LIPIA Jakarta).
Pada awalnya pendidikan di Pondok Pesantren Modern Husnul Khotimah baik yang intra ataupun ekstra merupakan suatu kesatuan yang integral yang tidak dapat terpisahkan, namun seiring dengan semakin banyaknya jumlah santri dan garapan, maka Yayasan Husnul Khotimah menginisiasi pembagian tugas dan wewenang agar segala permasalahan santri bisa terkelola dengan baik.
Pengasuh
KH. Ade Syabul Huda, Lc
KH. Achidin Noor
MA Ust. Sufyan Nur Lc
KH. Jajang Aisyul Muzakki, Lc. M.Pd.I.
KH. Mu’tamad, Lc
KH. Amam Baruttamam, Lc.
KH. Mohammad Sabiqin, Lc
Pendidikan
Pendidikan Formal
MTs Husnul Khotimah
MA Husnul Khotimah
Pendidikan Non Formal
1. Madrasah Diniyah
2. Tahfidzil Qur'an
3. Takhassus Pendalaman Kitab Kuning
Ekstrakurikuler
1. Tahsin dan Tahfidz Qur'an
2. Tahassus Kitab Salafy
3. Seni Baca Alquran
4. Khitobah 3 Bahasa
5. Hadroh
6. Praktek Ubudiyah
7. Pramuka
8. Beladiri
9. English Club
10. Komputer
11. Futsal
12. Volly
13. Basket
14. Tenis meja
15. PMR
16. Paskibra
17. Marching Band