Sutarman Mengaku Gelar Profesornya Diberi Langsung oleh Presiden Soekarno, Hasil KKN di Alam

Pengakuan itu disampaikan langsung oleh Sutarman saat sejumlah wartawan menanyakan mengenai titel tersebut.

Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tangkapan layar video
Pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu Garut, Sutarman, dan penasihat hukum, seusai pemeriksaan di Mapolres Garut, Kamis (10/9/2020). 

TRIBUNCIREBON.COM, GARUT - Titel profesor, doktor, insinyur, hingga sarjana hukum yang disandang pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu, Sutarman alias Cakraningrat disebut merupakan pemberian dari Soekarno dan Hatta.

Pengakuan itu disampaikan langsung oleh Sutarman saat sejumlah wartawan menanyakan mengenai titel tersebut. ( gelar profesor milik Sutarman pemberian Sukarno dan hasil dari KKN di alam )

Sutarman mengaku memiliki berbagai gelar itu dari hasil kuliah kerja nyata di alam.

Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut Wahyudidjaya menunjukkan berkas oganisasi atau paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu, Selasa (8/9/2020).
Kepala Kantor Kesbangpolinmas Kabupaten Garut Wahyudidjaya menunjukkan berkas oganisasi atau paguyuban Kandang Wesi Tunggul Rahayu, Selasa (8/9/2020). (KOMPAS.COM/ARI MAULANA KARANG)

Titel mentereng itu dicantumkan Sutarman dalam data organisasi yang diajukan ke Kebangpol Garut saat mengajukan perizinan.

Persoalan titel tersebut juga tengah disidik polisi.

Sutarman menyebut menempuh pendidikan formal hingga tingkat aliyah atau SMA. Usai itu, ia berkuliah di alam dan langsung melakukan kuliah kerja nyata.

"Secara lahiriah saya keluaran aliyah. Tahun 1996 saya dikuliahkan secara kerja nyata oleh orangtua dari perintis NKRI dan selesai pada 2017," ucap Sutarman kepada Tribun Jabar, Jumat (11/9/2020).

Ia mengaku tak mengenyam bangku universitas.

Namun mempunyai gelar setelah bersekolah di alam.

Berbagai titel itu diberikan kepadanya sebagai wasiat dan amanat.

"Itu pendiri NKRI, perintis NKRI, termasuk Bung Karno, termasuk lagi pak Hatta, termasuk banyak lah, banyak catatan di rumah,” ujarnya menjelaskan asal usul titel.

Ia pun siap membuka dan membeberkan perkuliahan di alam yang sempat dilakoninya.

"Kalau nanti mau dibuka, buka nanti tatanan ini," katanya.

Hanya Meluruskan Lambang Negara

Sutarman (43), pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu tak merasa mengubah lambang negara, Garuda Pancasila.

Ia beralibi penggunaan Garuda yang kepalanya menghadap ke depan itu untuk meluruskan lambang negara. ( Sutarman pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu mengaku tak mengubah lambang negara hanya meluruskan Garuda Pancasila )

"Saya tidak mengganti. Kalau diganti pasti diubah. Pada dasarnya ini untuk meluruskan (Garuda Pancasila)," kata Sutarman, Kamis (10/9/2020).

Ia mengibaratkan pelurusan burung Garuda itu seperti bacaa iftitah saat salat.

Kepala Bakesbangpol Garut menunjukkan dokumen pengajuan izin Paguyuban Tunggal Rahayu yang berlogo burung Garuda, Jumat (4/9). Paguyuban Tunggal Rahayu disebut mirip dengan Sunda Empire dan telah merambah hingga Majalengka.
Kepala Bakesbangpol Garut menunjukkan dokumen pengajuan izin Paguyuban Tunggal Rahayu yang berlogo burung Garuda, Jumat (4/9). Paguyuban Tunggal Rahayu disebut mirip dengan Sunda Empire dan telah merambah hingga Majalengka. (Tribun Jabar/Firman Wijaksana)

Secara kenegaraan, di masa kritis ini Sutarman mengambil sikap menelaah dan menghayati.

Hasilnya ia mengambil sikap untuk meluruskan bagian kepala Garuda Pancasila. Ia menyebut, Garuda Pancasila yang saat ini menjadi lambang negara pada awalnya dibuat menghadap ke depan.

"Awalnya Garuda Pancasila itu memang menghadap ke depan. Digantikan sampai tiga kali hingga kepalanya menghadap ke kanan. Kalau bola dunia (lambang Garuda dengan bola dunia di tengahnya) itu perjanjian,” ujarnya.

Mengenai penambahan kalimat Soenata Legawa di bagian pita yang bertuliskan Bhineka Tunggal Ika, menurutnya hal itu sesuai tatanan awal.

"Soenata legawa itu kembali pada asal. Susunan, nata tatanan, dari bawah ke atas kita bersatu," katanya.

Mengaku Punya 13 Ribu Anggota

 Anggota Paguyuban Tunggal Rahayu yang berpusat di Kabupaten Garut diklaim pimpinannya, Cakraningrat alias Sutarman berjumlah 13 ribu orang.

Paguyuban itu didirikan Sutarman sejak tahun 2018.

Organisasi itu juga diklaim Sutarman telah tersebar di 34 provinsi.

Pendirian paguyuban dilakukan setelah Sutarman mendapat sejumlah titel pada 2017.

"Ada 13 ribu anggota di 34 provinsi. Saya pokok utama sebagai pimpinan pusat ampera," ucap Sutarman di Mapolres Garut, Kamis (10/9/2020).

Sutarman menampik jika organisasinya itu merupakan kerajaan.

Ia menyebut paguyuban itu sebagai sebuah perkumpulan. Tujuannya untuk menyatukan silsilah keluarga anak bangsa.

Ia juga menyebut dirinya sebagai konsorsium induk.

Tak hanya itu, Sutarman menjelaskan lebih lanjut soal istilah ampera yang ada di paguyubannya.

"Ampera itu perintisan. Jadi sebelum NKRI berdiri itu adalah ampera. Maksudnya itu perintisan atau asal usul," katanya.

Sebelumnya, Sutarman memenuhi panggilan Polres Garut untuk diperiksa sebagai saksi.

Sutarman datang mengenakan jaket loreng, celana putih, dan peci hitam. Di bagian belakang jaket tertulis 'Tri Komando Rakyat Nusantara'.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved