Face Shield Tak Efektif, Jangan Turunkan Masker ke Dagu, Tangkal Mikro Droplet Pakai Masker di Wajah

, penggunaan masker dalam jangka waktu lama membuat tidak nyaman saat bernapas. Namun, kata Yurianto, hal itu mutlak harus dilakukan di tengah pandemi

Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM) membuat alat pelindung diri (APD) berupa face shield secara mandiri. 

Namun, dirinya mengingatkan bahwa masyarakat perlu mewaspadai droplet berukuran kecil (microdroplet).

Droplet kecil tersebut bisa bertahan lama di udara terutama pada ruangan dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang kurang maksimal.

“Sehingga penggunaan masker mutlak harus dilakukan, bukan face shield. Karena kita tahu pada microdroplet dia akan mengambang di udara," tutur Yuri.

"Droplet ukuran besar bisa kita cegah dengan menggunakan face shield, oleh karena itu tetap gunakan masker,” lanjutnya menegaskan.

Pihaknya kembali menegaskan penggunaan masker dalam rangka mencegah penularan COVID-19 harus dilakukan dengan baik dan benar. Masker harus menutup hidung dan mulut. Kemudian, tangan jangan menyentuh bagian depan masker dan jangan menurunkan masker ke dagu.

Pakai Masker 3 Tahun

Pandemi Covid-19 di dunia bahkan Indonesia tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir. Sementara vaksin untuk virus ini masih berada dalam tahap pengujian dan belum  bisa diproduksi massal.

Kondisi ini akan berpengaruh kepada kegiatan masyarakat. Diperkirakan, penggunaan masker masih harus dilakukan selama 2 hingga 3 tahun ke depan.

Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla mengatakan, nasib orang saat ini berada di tangan saintis, melalui vaksin Covid-19 yang akan mereka ciptakan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali normal setelah vaksin ditemukan sekitar 2-3 tahun.

“Setelah vaksin ditemukan akan diuji klinis sekitar awal tahun depan. Setelah itu baru bikin atau memperluas pabrik. Lalu baru produksi masal. Jadi selama itu (2-3 tahun) harus siap-siap pakai masker,” kata Jusuf Kalla pada kegiatan Webinar Series SBM ITB, From Surviving to Thriving: Business After Covid-19, Sabtu (11/7/2020).

Menurutnya, setelah vaksin berhasil, ekonomi pun akan kembali normal. Karena masyarakat sudah tidak takut untuk keluar rumah dan melakukan berbagai aktivitas.

Ia menilai dampak pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) berbeda dengan Krisis Moneter di Indonesia. Krisis Moneter 1998 hanya terjadi di beberapa negara yakni Indonesia, Thailand, dan Korea. Malaysa juga ikut terimbas, namun sedikit. Itupun segera bisa diatasi.

"Namun Covid-19 melanda hampir seluruh negara di dunia. Jadi, ketika dulu Indonesia meminta bantuan pada IMF, Jepang, atau negara-negara Eropa, kini tidak bisa. Sehingga timbul suatu kemandirian bangsa. Itu yang harus dijaga. Kita pasti bisa,” katanya.

Dampak positif yakni menumbuhkan kemandirian bangsa dibuktikan oleh salah satu perusahaan yang bergerak dibidang otomotif. CEO of Dharma Group, Irianto Santoso mengatakan, Covid-19 memukul industri otomotif. Tak terkecuali industri komponen otomotif yang dipimpinnya.

 Siap-siap, Mulai Minggu Depan Tak Pakai Masker di Tempat Umum di Jabar Didenda Rp 100 Ribu

 Daftar Harga HP Vivo Juli 2020, Lengkap Nih, Ada Bocoran Spesifikasi Seri Terbaru Vivo X50 & X50 Pro

 Ternyata Ini Awal Virus Corona Menyebar di Secapa Bandung dari 2 Pasis yang Derita Penyakit Ini

Kondisi ini pun membuat supply chain terganggu. Komponen yang seharusnya impor, sulit didapatkan hingga perusahaannya menghadapi kendala. Namun agar perusahaan tetap berjalan,pihaknya melakukan terobosan dengan berinovasi ini untuk membuat komponen lokal dari fasilitas milik sendiri. “Kami akhirnya buat sendiri dan ada yang kerja sama dengan suplier,” katanya.

Di Jakarta, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menegaskan pentingnya penggunaan masker demi mencegah penularan virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2).

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved