Istri Ustaz Hilmi Aminuddin Dinyatakan Positif Covid-19, 41 Orang Masuk Kontak Erat Bakal Dites Swab
untuk 41 orang yang sempat kontak dengan almarhum dinyatakan sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG) berdasarkan hasil tracing.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari
TRIBUNCIREBON.COM, NGAMPRAH - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat memastikan istri almarhum Hilmi Aminuddin positif corona.
Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) KBB, Nanang Ismantoro mengatakan istri almarhum telah dinyatakan positif COVID-19 berdasarkan hasil tes swab dan saat ini tengah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Santosa, Kota Bandung.
"Istri almarhum saat ini diisolasi dan mendapatkan perawatan di RS Santosa Bandung," ungkap Nanang saat dihubungi, Kamis (2/7/2020).
Nanang mengatakan pihaknya bakal melacak terhadap orang yang sempat berinteraksi dengan Almarhum mantan pendiri PKS tersebut.
"41 orang tersebut merupakan keluarga dan santri yang berada di sekitar kediaman almarhum, besok kita akan lakukan rapid tes dan swab tes," katanya.
"Untuk tetangga juga akan kita rapid dan swab tes, tapi kita dahulukan dulu yang berada dikediaman almarhum," jelasnya.
Sementara itu, untuk 41 orang yang sempat kontak dengan almarhum dinyatakan sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG) berdasarkan hasil tracing.
"Saat ini ke 41 orang yang sempat kontak dengan almarhum, melakukan isolasi secara mandiri," jelasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu pendiri yang juga mantan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Hilmi Aminuddin dikabarkan meninggal dunia pada hari ini, Selasa (30/6/2020).
Hilmi Aminuddin dikabarkan tutup usia di Rumah Sakit Santosa Central, Bandung, Jawa Barat pada pukul 14.24 WIB.
Pernyataan ini dikonfirmasi Juru Bicara PKS Pipin Sopian saat dikonfirmasi Kompas.com pada Selasa siang.
"Betul. Insya Allah akan ada pengumuman resmi dari keluarga dan Humas PKS," ujar Pipin.
Hingga saat ini belum diketahui informasi mengenai sakit apa yang diidap pria yang akrab disapa Ustaz Hilmi itu.
Belum diketahui juga mengenai rencana pemakaman. Selama ini, Hilmi Aminuddin diketahui tinggal di Lembang, Jawa Barat.
"Semoga Allah SWT menerima amal ibadahnya serta menempatkannya di tempat terbaik di jannah (surga)," ucap Pipin.
Politisi PKS, Mardani Ali Sera juga menginformasikan tentang meninggalnya pendiri PKS ini. Ini mencuit di Twitter.
"Telah berpulang ke rahmatullah ust Hilmi Aminuddin, Selasa 30/6/2020 pukul 14.24 di ruangan Berlian Timur RS. Santosa Central, Jl Gardujati, Kota Bandung Semoga Almarhum husnul khotimah, diterima amal ibadahnya dan dilapangkan kuburnya. Aamiin".
Almarhum Hilmi langsung dimakamkan pukul 18.30 WIB di pemakaman keluarga di Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Juru bicara keluarga, Sutisna mengatakan almarhum Hilmi dimakamkan dengan protokol Covid-19.
"Almarhum tiba di pemakaman jam 18.30 WIB, langsung dimakamkan dengan protokol kesehatan Covid-19, jenazah beliau tadi berangkat dari RS Santosa," kata Sutisna.
Sutisna mengatakan, pihak keluarga Almarhum Hilmi turut hadir dalam pemakaman dengan menerapkan protokol kesehatan dengan lengkap.
"Jadi setelah pemakaman, barang-barang alat pelindung diri nya dimusnahkan, pokoknya seperti itu lah protokolnya," katanya.
Menurutnya, Almarhum Hilmi diduga meninggal karena memiliki riwayat penyakit jantung yang diidapnya sejak lama.
Sutisna menjelaskan Almarhum Hilmi sudah dirawat di rumah sakit sejak Jumat pekan lalu.
Dari Wikipedia, Hilmi Aminuddin merupakan pendiri gerakan dakwah atau yang diera 1980-1990-an dikenal dengan sebutan harakah tarbiyah dan kini ia menjabat sebagai Ketua Majelis syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Hilmi Aminuddin adalah putra Danu Muhammad Hasan, satu dari tiga tokoh penting Darul Islam (Tentara Islam Indonesia) pimpinan Kartosoewirjo.
Pada usia enam tahun, Hilmi memulai pendidikannya dengan mendaftar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Selulusnya dari sana, dia berkelana ke sejumlah pesantren di Jawa. Pada tahun 1973, Hilmi memutuskan untuk berangkat ke Arab Saudi dan belajar di Fakultas Syariah Universitas Islam di Madinah. Selama enam tahun menuntut ilmu di universitas tersebut, Hilmi kerap berkumpul dengan Yusuf Supendi yang juga merupakan tokoh perintis PKS. Kala itu Yusuf sedang berkuliah di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh.
Sekitar tahun 1978, Hilmi lulus kuliah dan pulang ke Indonesia. Sepulangnya dari Arab Saudi, Hilmi memulai kariernya dengan berdakwah. Tapi karena Hilmi tidak memiliki Pondok Pesantren seperti kebanyakan ulama di Indonesia saat itu, Hilmi pun berdakwah dari masjid ke masjid, atau dari satu kelompok pengajian ke kelompok pengajian lainnya. Pada tahun 1998, Hilmi bersama beberapa rekannya mendirikan Partai Keadilan dan pada tahun 2002, partai tersebut berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera agar bisa ikut pemilihan umum dua tahun berikutnya.
Karena baru didirikan dan hanya mendapatkan 7 kursi di parlemen, atau 1.5 persen maka peranan PKS saat itu belum begitu kelihatan dan lebih fokus ke dalam partai. Pada tahun 2005, Hilmi ditunjuk menggantikan Rahmat Abdullah yang meninggal dunia untuk menjadi Musyawarah Majelis Syuro I yang merupakan lembaga tertinggi di PKS.
Saat itu, Hilmi Aminuddin terpilih melalui mekanisme voting tertutup dengan mendapatkan 29 suara dari 50 anggota Majelis Syuro. Dia mengungguli tiga calon lainnya yakni Salim Segaf Al-Jufri (12 suara), Surahman Hidayat (8 suara) dan Abdul Hasib Hasan(1 suara).
Pada tahun 2010, Hilmi kembali terpilih menjadi ketua Majelis Syuro dalam Pemilihan Raya (Pemira) Majelis Syuro PKS. Mekanisme Pemira untuk memilih angota majelis syuro yang baru ini selayaknya pemilu. Jumlah anggota MS yang dipilih ada 99 orang. Dalam pemira ini, PKS telah membentuk panitia prapemira yang akan menyeleksi sekitar 1.000 anggota ahli PKS menjadi 195 calon nama.
Penyeleksian tersebut berdasarkan syarat yang telah ditetapkan oleh AD/ART. Dari 195 nama ini akan dipilih 65 nama terbanyak. Setelah diambil sumpahnya, mereka yang terpilih ini akan menunjuk 32 nama sebagai anggota ahli majelis syuro. Sedangkan dua anggota lainnya adalah anggota tetap majelis syuro yaitu Hilmi Aminuddin dan Salim Segaf Al-Jufri.