Pandemi Covid 19 di Indonesia
Ini Daftar Kota/Kabupaten yang Sukses Berubah dari Zona Kuning Menjadi Zona Hijau, Ada dari Jabar?
saat ini 60 persen daerah di Indonesia masuk dalam zona hijau dan berisiko rendah terkait penularan Covid-19.
TRIBUNCIREBON.COM - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan, ada 37 kabupaten dan kota yang sukses mengubah statusnya dari zona kuning Covid-19 menjadi zona hijau.
Sebanyak 37 kabupaten dan kota itu tersebar di 19 provinsi. Hal itu disampaikan Wiku melalui video conference di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/6/2020).
"Aceh ada lima daerah, Aceh Barat Daya, Pidie, Simeulue, Gayo Luwes, Bener Meriah. Di Sumatera Utara ada Toba Samosir, Labuan Batu. Kemudian di Sumatera Barat ada Kota Padang Panjang, Pariaman, dan Solok," kata Wiku.
Baca juga: Gugus Tugas: 60 Persen Daerah di Indonesia Masuk Zona Hijau Covid-19
Dengan demikian mereka bisa membuka kembali sektor perekonomian di sana.
Mulanya hanya 44 persen daerah yang masuk dalam zona hijau. Lambat laun meningkat menjadi 52 persen.
Kini, lanjut Wiku, daerah yang masuk ke dalam zona hijau mencapai sekitar 58,3 persen hingga 60 persen.
"Jadi relatif hampir 60 persen. Posisi Indonesia dibanding negara lain ternyata secara ekonomi dan kesehatan, kita tidak lebih buruk daripada yang lain. Bahkan kita relatif netral. Ini adalah modal kita untuk maju ke depan," kata dia.
Baca juga: Regulasi Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka di Zona Hijau
"Ini adalah keberhasilan ASN, pimpinan daerah mengamankan masyarakat dan bisa menekan kasus-kasus baru dan tidak ada yang meninggal di sini," lanjut Wiku.
Dari daftar yang dirilis oleh Gugus Tugas, rupanya tidak ada daerah zona hijau di Jawa Barat.
Berikut 37 kabupaten dan kota yang sebelumnya berstatus zona kuning dan kini masuk ke dalam zona hijau.
- Aceh: Aceh Barat Daya, Pidie, Simeulue, Gayo Luwes, Bener Meriah
- Sumatera Utara: Toba Samosir dan Labuan Batu
- Sumatera Barat: Kota Padang Panjang, Pariaman, dan Solok
- Riau: Indragiri Hulu, Pelalawan, Rokan Hulu, Siak, Kota Dumai, dan Kampar
- Jambi: Bungo Tebo
- Bengkulu: Mukomuko dan Seluma
- Kepulauan Riau: Karimun
- Lampung: Tulang Bawang, Pringsewu, dan Tulang Bawang Barat
- Jawa Tengah: Wonogiri dan Pekalongan
- DKI Jakarta: Kepulauan Seribu
- Nusa Tenggar Barat: Kota Bima
- Sulawesi Tenggara: Muna Barat
- Sulawesi Tengah: Banggai Kepulauan
- Sulawesi Selatan: Kota Palopo
- Sulawesi Barat: Mamuju Utara dan Majene
- Maluku: Pulau Talibu
- Maluku Utara: Buru Selatan
- Papua: Mamberamo Tengah
- Papua Barat: Teluk Wandama dan Manokwari Selatan
Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah hingga, Rabu (24/06/2020).
Pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kembali melaporkan penambahan kasus pasien positif corona di Indonesia, Rabu (24/6/2020)
Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan hari ini bertambah 1.113 kasus baru.
"Covid-19 terkonfirmasi sebanyak 1.113 orang sehingga menjadi total kasus positif sebanyak 49.009 orang," ujar Achmad Yurianto dalam siaran BNPB, Rabu (24/6/2020)
Angka penambahan tersebut diketahui meningkat ketimbang kasus penambahan positif Covid-19 pada Senin kemarin sebanyak 1.051 orang.
Achmad Yurianto mengatakan sebanyak 19.658 pasien dinyatakan sembuh setelah terjadi penambahan pasien sembuh sebanyak 417 orang.
"Sementara jumlah yang meninggal dunia menjadi 2.573 rang setelah penambahan 38 orang," katanya.
Seperti diketahui, pada Selasa (23/6/2020) kemarin, kasus positif Covid-19 total ada sebanyak 47.896 kasus.
Sementara, jumlah pasien sudah sembuh 19.241 menjadi orang.
Adapun total pasien meninggal dunia sejumlah 2.535 orang.
• Lowongan Kerja BUMN untuk Lulusan Sarjana dan Diploma 4, Berikut Syarat dan Link Pendaftaranya
• Masih Mendekam di Penjara, Aktor Zumi Zola Digugat Cerai oleh Istrinya Sherrin Tharia
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.