Hari Ini Ada Fenomena Alam, Komet Lemmon Melintas di Langit Indonesia Bisa Disaksikan Warga

nama Komet Lemmon diambil dari tempat ditemukan pertama tahun 2019 di pegunungan Lemmon, Amerika Serikat.

Editor: Machmud Mubarok
(José J. Chambó/Sky and Telescope.org)
Penampakan komet Lemmon (c/2019 u6). Foto ini ditangkap pada 12 Mei 2019 di Australia. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari

TRIBUNJABAR.ID, LEMBANG - Di Indonesia bakal terjadi fenomena alam yang jarang sekali ditemui yakni sebuah komet Lemmon bakal melintas pada hari ini Senin (22/6/2020).

Fenomena alam yang langka itu bisa dilihat saat matahari terbenam yang terjadi dari pukul 09.00 WIB sampai dengan 21.00 WIB.

Staf Peneliti Observatorium Bosscha, Yatni mengatakan kejadian itu bisa disaksikan masyarakat Indonesia.

"Saat dekat dengan matahari, panasnya bisa memanaskan material komet, sehingga komet bisa menghasilkan gas dan debu yang bercahaya. Itulah waktu paling memungkinkan untuk melihat dari bumi," kata Yatni melalui sambungan telepon, Senin (22/6/2020).

Yatni mengungkapkan masyarakat bisa langsung menyaksikan fenomena tersebut suatu benda bercahaya di langit.

"Kalau memang posisinya pas, langitnya gelap tidak ada polusi cahaya, tidak ada awan, maka masih bisa dilihat menggunakan mata. Jadi kita bisa mengamati mulai sore hari saat matahari terbenam. Tapi makin baik menggunakan alat bantu seperti  binokular atau teleskop kecil. Komet bisa terlihat jelas," ujarnya.

Yatni menjelaskan nama Komet Lemmon diambil dari tempat ditemukan pertama tahun 2019 di pegunungan Lemmon, Amerika Serikat.

Ia menambahkan pihak Bosscha bakal melakukan kegiatan pengamatan dengan mempertimbangkan kondisi cuaca.

Sementara itu, pihak Bosscha bakal melakukan pengataman langsung yang tertuju pada komet Lemmon tersebut yang jarang sekali terjadi dan bisa langsung disaksikan.

"Kita amati komponen komet, karena komet itu bisa dibilang salah satu artefak pembentukan tata Surya. Teorinya apakah air di bumi ini datang dari komet. Jadi pengamatan komet biasanya tentang komponennya. Seberapa besar kandungan air di dalam komet. Dan bagaimana molekul komet berubah saat mendekat matahari," jelasnya.

Menurut astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo, fenomena ini sangat menarik karena komet Lemmon berperiode sangat panjang yaitu sekitar 8.900 tahun, dan baru ditemukan ilmuwan pada Oktober 2019 lalu.

"Ini ( Komet Lemmon) akan melintasi perihelionnya pada 18 Juni 2020," kata Marufin kepada Kompas.com, Selasa (2/6/2020).

Untuk diketahui, perihelion adalah titik terdekat Bumi dengan Matahari. Marufin berkata, sejak awal Juni hingga mencapai perihelionnya nanti, maka akan tampak di langit barat pada ketinggian cukup tinggi.

"(Komet Lemmon) nampak di langit barat pada ketinggian agak besar itu setelah Matahari terbenam dengan magnitudo yang terus meningkat," ujar dia.

Oleh sebab itu, diperkirakan menjelang 18 Juni magnitudinyo akan meningkat dan mencapai +5. Karena kondisi ini, komet Lemmon tidak bisa dilihat secara kasat mata. Marufin mengatakan, fenomena ini hanya bisa dilihat menggunakan teleskop.

Pengaruh komet Lemmon pada Bumi

Marufin menegaskan, komet Lemmon yang sudah mencapai puncak perihelionnya di bulan ini tidak berdampak atau memengaruhi Bumi.

Hal itu karena jarak lintasan komet Lemmon dengan Bumi sangat jauh. Menurut Marufin, jaraknya lebih jauh dibanding Bulan. Ini juga yang menyebabkan kenapa komet Lemmon hanya bisa dilihat menggunakan teleskop. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved