Udara Panas dan Hareudang Dalam Beberapa Hari Terakhir, Suhu 34-36, Ini Penyebabnya Menurut BMKG
suasana gerah secara meteorologis disebabkan suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi.
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
TRIBUNCIREBON.COM - Temperatur udara Kota Bandung dan sekitarnya tiga hari terakhir ini. Panasnya suhu ini dirasakan sejumlah warga. Mereka merasa hareudang (kegerahan) sejak lepas Salat Idulfitri.
"Ini panas sekali udaranya. Sejak pagi langsung menyengat. Memang jemur pakaian tidak lama langsung kering, tapi kita merasakannya sangat gerah, kegerahan, sehingga pakai kipas angin terus," kata Suparti, seorang warga Cimahi.
Terkait hal tersebut BMKG memberikan penjelasan dalam siaran pers yang disampaikan Herizal
Deputi Bidang Klimatologi BMKG.
Menurut Herizal, suasana gerah secara meteorologis disebabkan suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi. Kelembapan udara yang tinggi menyatakan jumlah uap air yang terkandung pada udara.
Semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut, dan apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan, suasana akan lebih terasa gerah.
"Laporan pencatatan meteorologis suhu maksimum udara (umumnya terjadi pada siang atau tengah hari) di Indonesia dalam 5 hari terakhir ini berada dalam kisaran 34 - 36°C," kata Herizal dalam siaran pers di portal bmkg.go.id, Rabu (26/5/2020).
Beberapa kali suhu udara >36°C tercatat terjadi di Sentani, Papua. Di Jabodetabek, pantauan suhu maksimum tertinggi terjadi di Soekarno/Hatta 35°C, Kemayoran 35°C, Tanjung Priok 34,8°C, dan Ciputat 34,7°C.
• Hari Ini Terakhir Kirim Foto Meteran Listrik PLN via WhatsApp, Jangan Sampai Lupa, Begini Caranya
• Arab Saudi Bakal Longgarkan Lockdown, Orang Indonesia Boleh Umrah Lagi?
• Jadwal Acara TV Hari Ini Rabu 27 Mei 2020, Preman Pensiun 4 di RCTI, K-Movie The Target di Trans 7
Demikian juga wilayah lain di Jawa, siang hari di Tanjung Perak suhu udara terukur 35°C. Wilayah perkotaan terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan.
Sementara itu catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kisaran >80% - 100%, yang termasuk berkelembapan tinggi.
Herizal mengatakan, fenomena udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa pada saat memasuki musim kemarau.
Untuk Jabodetabek, periode April-Mei adalah bulan-bulan di mana suhu udara secara statistik berdasarkan data historis memang cukup tinggi, selain periode Oktober-November.
Pada musim kemarau, suhu udara maksimum di Jakarta umumnya berada pada rentang 32-36°C. Udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan, karena udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari.
Perkembangan musim kemarau hingga Pertengahan Mei 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 35% wilayah Zona Musim (ZOM) sudah memasuki musim kemarau, di antaranya
- Sebagian besar wilayah di NTT dan NTB
- Sebagian Jawa Timur bagian selatan
- Sebagian Jawa Tengah bagian utara dan timur
- Sebagian Jawa Barat bagian utara dan timur
- Bekasi bagian utara
- Jakarta bagian utar
- Sebagian daerah Papua dan Maluku.
Herizal pun mengimbau masyarakat untuk tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi, tetapi tetap perlu menjaga kesehatan dan stamina sehingga tidak terjadi dehidrasi dan iritasi kulit.
Banyak minum dan makan buah segar sangat dianjurkan, termasuk memakai tabir surya sehingga tidak terpapar langsung sinar matahari yang berlebih dan lebih banyak berdiam di rumah pada saat pemberlakuan PSBB.
"Terus ikuti pembaharuan informasi BMKG terkait perkembangan musim, informasi prediksi cuaca dan iklim, indeks kualitas udara dan kadar sinar ultraviolet matahari yang baik dan merusak bagi tubuh kita," kata Herizal. (*)