Belajar dari Rumah di RVRI

Pesona Masjid Agung Banten & Makna Tumpak Tiang Berbentuk Labu, Materi SMP Belajar dari Rumah

Pembelajaran dalam Belajar dari Rumah ini tidak mengejar ketuntasan kurikulum, tetapi menekankan pada kompetensi literasi dan numerasi.

Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Koleksi Tropenmuseum
Masjid Agung Banten didirikan di masa pemerintahan Sultan Hasanudin. 

Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, tepatnya di desa Banten, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Akses ke lokasi dapat dituju dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Dari terminal Terminal Pakupatan, Serang menggunakan bis jurusan Banten Lama atau mencarter mobil angkutan kota menuju lokasi selama lebih kurang setengah jam.

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda Tiongkok yang juga merupakan karya arsitek Tionghoa yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.

Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel.

Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Semua berita Belanda tentang Banten hampir selalu menyebutkan menara tersebut, membuktikan menara itu selalu menarik perhatian pengunjung Kota Banten masa lampau.

Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km.

Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

Pertanyaan untuk Materi SMP

1. Jelaskan kondisi masyarakat Banten sebelum masuknya Islam ke daerah tersebut!
2. Apakah makna dari tumpak tiang masjid Banten yang berbentuk labu?
3. Bagaimana bentuk akulturasi budaya yang terlihat dari bangunan Masjid Agung Banten?

Berikut ini jawaban materi Pesona Masjid Agung Banten sebagaiman dilansir dari www.teh-enur.com

1. Sebelum Islam berkembang di Banten, masyarakat masih hidup dalam tata cara kehidupan tradisi prasejarah dan dalam abad permulaan masehi ketika agama hindu berkembang di indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan purbakala dalam bentuk prasasti, acara-acara yang bersifat Hiduistik dan bangunan keagamaan lainnya. Sumber naskah kuno dari masa pra islam menyebutkan tentang kehidupan masyarakat yang menganut Hindu.

2. Makna dari Tumpak Tiang pada bangunan Masjid Agung Banten yang berbentuk labu adalah hasil dari pertanian labu yang makmur pada zaman Sultan Maulana Hasanuddin. Tepatnya terjadi pada abad ke 16.

3. Akulturasi pada bangunan Masjid Agung Banten terlihat pada menaranya yang merupakan akulturasi dari budaya seni ragam hias yasng terdapat di Pulau Jawa. Yaitu tumpak segitiga memanjang di kepala menara. Sedangkan bangunan menaranya merupakan pengaruh dari kebudayaan Belanda.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved