Wati Penasaran Ingin Lihat Cara Mantan Suaminya Bunuh Delis dengan Sadis, Dimasukan ke Gorong-gorong
Karena merasa penasaran bagaimana seorang ayah,kata Wati, tega membunuh putri kandungnya sendiri.
TRIBUNCIREBON.COM, TASIKMALAYA - Wati Candrawati (46), ibu kandung Delis Sulistina (13), siswi SMP Negeri 6 Kota Tasikmalaya, yang dibunuh BR (45), ayah kandungnya sendiri, menyatakan keinginannya melihat langsung adegan rekonstruksi.
//
"Saya kalau bisa ingin melihat langsung adegan-adegan itu. Bagaimana mantan suami saya menghabisi Delis. Juga ingin lihat saat Delis dimasukkan ke dalam gorong-gorong," kata Wati, yang ditemui, Kamis (12/3/2020).
Polres Tasikmalaya Kota merekonstruksi pembunuhan yang menghebohkan warga kota itu, dimulai dari Jalan Laswi tempat eksekusi dilaksanakan, hingga saat BR memasukkan Delis ke gorong-gorong di depan sekolah Delis.

Menurut Wati, dia siap lahir dan batin melihat adegan pembunuhan yang menimpa putri kesayangannya itu.
Karena merasa penasaran bagaimana seorang ayah,kata Wati, tega membunuh putri kandungnya sendiri.
"Hati saya sebenarnya masih hancur. Tapi malah penasaran ingin sekali melihat adengan bagaimana mantan suami tega mengambil nyawa anak kesayangan saya," ujar Wati, dengan raut muka menahan emosi.
Namun begitu, Wati mengaku tak berani datang sendirian.
Ia akan didampingi Dedah (40), tetangga dekat di rumahnya di Kampung Sindangwangi, Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi.
"Awalnya saya minta didampingi emak (Aah, ibu kandung Wati, Red). Tapi emak tidak mau, takut tidak kuat melihatnya," jata Wati. Aah yang didik bersama Wati pun mengiyakan omongan anaknya itu.
Hari Ini Rekonstruksi
Polres Tasikmalaya merekonstruksi kasus pembunuhan Delis Sulistina (13), siswi SMP Negeri 6 Kota Tasikmalaya, Kamis (12/3/2020).
Delis diduga dibunuh oleh BR (45), ayah kandungnya sendiri.
"Kalau tidak ada aral melintang, rekonstruksi atau reka ulang kasus ayah kandung bunuh anak sendiri ini digelar hari ini," kata Kasatreskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Dadang Soediantoro.
• Terungkap, Cara Cerdik Polisi Bikin Budi Rahmat Mengakui Bunuh Delis
Dari informasi yang dihimpun Tribun Jabar, rekonstruksi dimulai sekitar pukul 09.00 WIB.
Rekonstruksi diawali dengan adegan saat Delis bertemu BR di tempat kerja BR di RM Jembar, Jalan Laswi, untuk meminta uang study tour.
Dari situ adegan kemudian dilajutkan ke sebuah rumah kosong, tak jauh dari RM Jembar, tempat pembunuhan terjadi.
BR saat itu kesal sehingga mencekik leher Delis hingga kehabisan nafas dan meninggal. Pasalnya Delis terus merengek meminta Rp 400.000 tapi BR hanya punya Rp 300.000.
Adegan selanjutnya, BR membawa jasad Delis menuju SMP Negeri 6 di Jalan Cilembang, dengan cara mengikat tubuh Delis ke tubuhnya agar tidak jatuh.
Di depan sekolah, kemudian diperagakan adegan ketika BR memasukkan jasad putrinya itu ke dalam gorong-gorong, hingga masuk sekitar dua meter.
Untuk memperlancar semua adegan rekonstruksi, Jalan Cilembang akan ditutup hingga rekontruksi selesai.
"Karena diperkirakan warga akan membludak untuk menonton. Dan itu untuk memperlancar tugas kami," ujar Dadang.
• Deretan Mobil Bekas Berkualitas Harga Murah di Bawah Rp 100 Juta, Cocok untuk Mudik Lebaran 2020
• Kabar Gembira, Kini Bisa Pesan Travel di Traveloka hingga 30 Menit Sebelum Keberangkatan!
Mengelak Selama Sebulan, Budi Rahmat Akhirnya Mengaku Bunuh Delis
Ada fakta baru dalam kasus kematian Delis Sulistina (13), siswi SMP Negeri 6, Kota Tasikmalaya, yang ternyata dibunuh Budi Rahmat/BR (45), ayah kandungnya sendiri.
Sebelum polisi sampai pada kesimpulan bahwa BR lah tersangka pembunuhnya, polisi sempat membawa BR ke rumah kosong di Jalan Laswi.
Rumah itu tempat BR menghabisi Delis dengan cara dicekik.

"Ketika saya dibawa ke rumah itu. Saya langsung lemas. Ingat kembali saat-saat menghilangkan nyawa Delis. Akhirnya saya mengakui bahwa memang saya lah yang membunuh Delis," kata BR di Mapolres, Selasa (3/3).
Seperti diketahui jasad Delis ditemukan di dalam gorong-gorong depan sekolah, Jalan Cilembang, Senin (27/1) sore.
Jajaran Satreskrim Polres Tasikmalaya kemudian melakukan penyelidikan, dan tepat sebulan akhirnya mengungkap bahwa pembunuhnya tak lain adalah BR.
Motifnya karena BR merasa kesal terhadap Delis yang terus merengek meminta biaya study tour Rp 400.000.
Saat itu BR hanya memiliki uang Rp 300.000, itu pun Rp 100.000 di antaranya pinjam kepada majikannya.
Padahal baru kali itu Delis meminta uang, sejak 10 tahun BR bercerai dengan Wati Candrawati (46), yang juga ibu kandung Delis.
Karena malu dilihat orang bertengkar dengan anak, BR kemudian mengajak Delis ke sebuah rumah kosong.
Di situlah kemarahan BR memuncak dan mencekik leher Delis hingga kehabisan nafas dan meninggal.
Malam harinya BR membawa jasad Delis ke depan sekolah dan tubuh putri kandungnya itu dimasukkan paksa ke dalam gorong-gorong, dengan tujuan agar dikira terbawa arus deras.
Saat itu hujan deras turun.
Menurut BR, setelah mengaku bahwa ia yang menghabisi Delis, dirinya sempat meminta izin kepada petugas, untuk mendoakan arwah Delis agar diterima di sisi-Nya, persis di posisi di mana Delis dicekik yaitu di dalam kamar.
"Saya sangat menyesal. Saat itu memang saya akhirnya marah, karena Delis terus merengek meminta uang secara penuh Rp 400 ribu. Saya cekik lehernya hingga tampak kehabisan nafas," ujar BR.
Polisi mengancam BR dengan UU Perindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Mimpi Tukang Cilok Didatangi Delis
Teteng Sugianto (53), tukang cilok yang pertama kali menemukan jasad Delis Sulistina di dalam gorong-gorong depan SMP Negeri 6, Kota Tasikmalaya, Senin (27/1) sore, mengaku bermimpi melihat Delis Sulistina duduk di atas gorong-gorong.
Dalam mimpi itu Delis Sulistina terlihat mengenakan baju seragam putih dan bergumam kenapa ayahnya tega membunuhnya.
Mimpi itu muncul sehari setelah Teteng secara tak sengaja menemukan jasad Delis di dalam gorong-gorong.
"Saya baru berani menceritakan mimpi yang saya alami sebulan lalu, karena polisi sudah berhasil menangkap pelaku pembunuhan terhadap Delis, yaitu BR (45), ayah kandungnya sendiri," ujar Teteng, saat ditemui, Minggu (1/3/2020).
Teteng mengaku bermimpi melihat Delis duduk di atas gorong-gorong sambil menangis dan bergumam kenapa ayahnya sampai tega membunuh dirinya.
"Saya langsung bangun setelah mimpi itu. Ketika saya dimintai keterangan oleh polisi hingga dini hari, mimpi saya juga disampaikan. Polisi tampak respon, tapi katanya mereka tidak bisa menuduh sembarangan karena harus ada bukti," ujar Teteng.
Teteng tidak mengerti kenapa ia sampai bermimpi seperti itu.
Namun yang jelas, Teteng merupakan orang yang pertama kali menemukan jasad Delis dalam gorong-gorong.
Senin (27/1) sore itu ia masih jualan cilok persis di atas gorong-gorong dimana jasad Delis berada.
Sejak pagi sebenarnya sudah tercium bau tak sedap. Karena hingga sore masih tercium, ia berinisiatif menengok ke dalam gorong-gorong.
"Saya nengok ke dalam, dan ternyata di dalam gorong-gorong sekitar empat meter itu terdapat tubuh manusia," ujar Teteng.
Ia kemudian memindahkan roda ciloknya dan menggali dibantu seorang warga.
Benar saja setelah gorong-gorong tembus, terlihat ada tubuh manusia.
Makanya, lanjut Teteng, ketika polisi akhirnya menyebut Delis menjadi korban pembunuhan dan pelakunya adalah BR, dirinya tak begitu terkejut.
"Mimpi saya ternyata benar dan saya sendiri sejak awal sudah yakin Delis dibunuh ayahnya ," katanya.
Pengakuan Awal Ayah Delis, Budi Rahmat
Sebelum ditetapkan menjadi tersangka, ayah Delis, Budi Rahmat ternyata sempat diwawancarai Tribun Jabar di rumahnya.
Kemana saja ayah kandung Delis Sulistina (13) alias Desi, ABG yang ditemukan tewas di gorong-gorong depan sekolahnya.
Sejak Delis ditemukan tak bernyawa di dalam gorong-gorong depan sekolahnya, SMP Negeri 6 Kota Tasikmalaya, Senin(27/1/2020), sang ayah tak pernah muncul.
Ternyata ayah korban, Budi Rahmat (45), sehat-sehat saja.
Hanya saja ia mengaku syok atas kematian Delis dan berupaya untuk tidak muncul di publik.
Budi sendiri telah lama bercerai dengan Wati Candrawati (46), ibu kandung Desi, dan menikah lagi dengan perempuan lain.
"Hingga saat ini saya masih syok atas kematian Desi. Saya juga masih merasa gugup setelah diperiksa polisi sampai subuh saat Desi ditemukan dalam gorong-gorong," kata Budi, saat ditemui di rumah kontrakannya di Kecamatan Tawang, Selasa (11/2/2020) sore.
Jasad Desi ditemukan dalam gorong-gorong setelah dinyatakan hilang sejak berangkat sekolah, Kamis (23/1/2020).
Ibu korban melaporkan kehilangan Desi ke polisi, Jumat (24/1), dan polisi pun bergerak melakukan penyelidikan.
Diluar dugaan tubuh Desi ditemukan tak bernyawa dalam gorong-gorong depan sekolahnya, Senin (27/1).
Awalnya seorang warga mencium bau tak sedap dari dalam gorong-gorong.
Saat ditengok ternyata ada tubuh manusia.
Budi mengungkapkan, saat diberitahu bahwa Desi ditemukan tewas dalam gorong-gorong, ia langsung menuju lokasi sekolah.
Ia pun turut mengantar jenazah ke Kamar Mayat RSU dr Soekardjo.
"Terakhir bertemu dengan Desi, ia datang ke tempat kerja saya di sebuah rumah makan di Jalan BKR.
Setelah itu saya tidak bertemu lagi, sampai akhirnya Desi ditemukan meninggal dalam gorong-gorong," ujar Budi.
Terkait pengakuannya bahwa Desi ada di rumahnya, ketika didatangi pihak sekolah, Jumat (24/1), menurut Budi, dirinya saat itu sedang kambuh penyakitnya sehingga menjawab sekenanya agar tamu dari sekolah itu segera pulang.
"Ada memiliki kelainan di dalam otak sejak lahir, karena sewaktu ibu saya hamil suka minum obat-obatan. Itu pengakuan ibu saya sendiri," kata Budi.
Sama seperti Wati, Budi pun ingin kepastian penyebab kematian Desi segera terungkap.
"Kalau ternyata korban kejahatan, saya minta pelakunya dihukum berat," ujarnya.
Minggu Lalu Ayah Delis Diperiksa Polisi
Sembilan saksi dimintai keterangannya oleh polisi terkait kematian Delis Sulistina (13) alias Desi, siswi SMP Negeri 6 Kota Tasikmalaya, yang jasadnya ditemukan dalam gorong-gorong depan sekolah, Senin (27/1/2020) sore.
Dari sembilan saksi, keluarga korban juga ikut dimintai keterangan, termasuk ayah korban.
"Iya benar, termasuk ayah kandung korban," kata Kasatreskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Dadang Soediantoro, Kamis (6/2/2020).
• Menteri Agama Luruskan Kabar Akan Pulangkan WNI Petempur ISIS, Ini Pernyataan Dia Selengkapnya
Ibu kandung korban, Wati Candrawati (46), mengungkapkan, sejak jasad Delis ditemukan, ia tak pernah bertemu mantan suaminya itu.
Mereka memang telah bercerai lebih dari lima tahun lalu.
Namun saat Delis dinyatakan hilang sejak Kamis (23/1/2020), dirinya menemui mantan suaminya itu Jumat (24/1/2020).
"Saya sengaja datang karena dia bilang ke guru yang mendatanginya bahwa Delis ada sama dia. Tapi ternyata tidak ada," kata Wati.
Kemudian bertemu lagi saat di RSU dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya, Senin (27/1/2020) sore.
"Terakhir melihat dia saat jenazah Delis dibawa ke kamar mayat rumah sakit, Senin (27/1) sore. Sejak itu tak pernah melihat lagi. Ketika kami menggelar tahlilan, dia juga tidak datang," ujarnya.
Tadinya, lanjut Wati, dirinya berharap ayah kandung Desi bisa hadir dan memberikan sumbangan untuk pelaksanaan tahlil.
Tapi nyatanya sampai hari ke tujuh tahlinan, dia tak memperlihatkan batang hidungnya lagi.
Menurut Wati, mantan suaminya sudah menikah lagi dan bekerja di sebuah rumah makan di Jalan BKR.
"Dia sudah menikah lagi dan setiap bulan memberi uang untuk ank-anaknya Rp 100 ribu," ujarnya.
Namun Wati tak mempersoalkan besaran uang itu karena dia pun maklum terhadap kondisi perekonomian suaminya.
• Siswi SMP di Tasik Ditemukan Tewas di Gorong-gorong, Orang Tua Yakin Kematian Tak Wajar
• Kabar Terkini Kasus ABG Ditemukan Tewas di Gorong-gorong Depan Sekolah, Ini Upaya Sekolah
Fakta Lengkap Pembunuhan Delis Sulistina
Siapa pembunuh Delis Sulistina atau Delis, siswi SMP 6 Tasik akhirnya terungkap.
Tepat sebulan setelah mayatnya ditemukan di gorong-gorong depan sekolah, polisi menetapkan ayah kandung Delis, Budi Rahmat menjadi tersangka.
Terungkap bagaimana Budi Rahmat (45) tega memunuh Delis yang masih berusia 13 tahun.

Setelah hampir sebulan dari penemuan jasad ini akhirnya terungkap pelaku sebenarnya.
Jenazah DS ditemukan pada Senin (27/1/2020).
Ini dia pengakuan lengkap dari Budi Rahmat yang tega melakukan pembunuhan pada putri kandungnya sendiri.
1. Pengungkapan Tersangka
Tim Inafis Polres Tasikmalaya Kota sedang mengevakuasi temuan mayat perempuan berseragam Pramuka di drainase depan gerbang SMPN 6 Tasikmalaya, Senin (27/1/2020).
Polisi menyimpulkan bahwa Delis meninggal akibat tindak pidana kejahatan dan pelakunya adalah bapak kandung korban sendiri, Budi Rahmat (45), asal Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
Anom mengatakan, penetapan tersangka ini sesuai hasil penyelidikan, keterangan saksi-saksi, dan pengumpulan bukti-bukti.
Sampai bukti ahli dibutuhkan, yaitu hasil otopsi mayat korban oleh Tim Forensik Polda Jawa Barat.
"Penyelidikan secara maraton dilakukan, alhamdulillah sudah berhasil mengungkap kasus ini," tambah Anom.
Sesuai hasil penyelidikan, motif pelaku mengaku emosi saat korban meminta uang untuk acara studi tur ke Bandung yang akan dilaksanakan di sekolahnya.
Korban saat itu pergi ke lokasi kerja ayahnya tersebut memakai angkutan umum karena hendak meminta uang.
"Pelaku pun kalap dan membunuh korban di sebuah tempat rumah kosong," tambah Anom.
2. Gara-gara Uang Study Tour
Ilustrasi jenazah
Delis diketahui sebagai korban pembunuhan oleh ayahnya sendiri, Budi Rahmat (45).
Korban dicekik sampai tewas oleh pelaku sekaligus ayah kandungnya di sebuah rumah kosong dekat lokasi kerja pelaku.
"Korban tewas karena dicekik oleh pelaku sekaligus ayah kandungnya sendiri saat mengaku kesal korban meminta uang untuk study tour," jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saar konferensi pers di kantornya, Kamis (27/2/2020) siang.
3. Alasan Membunuh Putrinya
Ibu kandung Delis Sulistina (13) siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang tewas di drainase sekolah saat dimintai keterangan wartawan di rumahnya, Rabu (26/2/2020).
Sebelum diketahui tewas, lanjut Anom, korban sempat cekcok dengan ayahnya di sebuah rumah kosong dekat tempat kerja pelaku.
Akhirnya pelaku menghabisi nyawa anaknya sendiri dengan cara mencekik leher.
"Korban minta uang Rp 400.000 tapi tak bisa dipenuhi oleh pelaku sekaligus ayah kandungnya.
Terlibat cekcok sampai pelaku emosi mencekik korban sampai tewas," tambah Anom.
Pelaku pun sempat membiarkan jenazah korban tergeletak di rumah kosong tersebut dan melanjutkan bekerja yang lokasinya tak jauh dari TKP pembunuhan.
Seusai pulang kerja, pelaku pun membawa jenazah anaknya tersebut memakai motor ke lokasi gorong-gorong sekolah korban.
"Setelah mengakui anaknya tewas, pelaku langsung membawa jenazah korban ke gorong-gorong sekolahnya sekaligus tempat penemuan mayat korban sebulan lalu," pungkasnya.
4. Ancaman 20 Tahun Penjara
Ilustrasi
Tersangka diduga sebagai pelaku berdasarkan hasil penyelidikan maraton dengan mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan bukti selama hampir sebulan pasca-penemuan mayat korban, Senin (27/1/2020) lalu.
Menurutnya, keterangan saksi-saksi dan bukti sesuai dengan hasil otopsi yang dilakukan Tim Forensik Polda Jabar di RSUD Soekardjo sehari setelah penemuan mayat korban, Selasa (28/1/2020).
Selain itu, pelaku juga mengakui perbuatannya.
"Hasil keterangan otopsi pun sesuai dengan hasil pemeriksaan saksi-saksi dan bukti yang dikumpulkan selama ini. Pelaku pun akhirnya mengakui perbuatannya," kata Anom.
5. Pengakuan Ibu DS
Sejumlah kerabat berupaya menenangkan Wati Candrawati (46), ibu kandung Desi Sulistina (13) alias Delis, saat pemakaman jenazah Delis di pemakaman Lewo, tak begitu jauh dari rumah Wati di Kampung Sindangjaya, Desa Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Rabu (29/1/2020)
Di balik pengungkapan kasus ini, Wati Fatmawati (46), ibu kandung korban, menceritakan firasat dan kesedihannya saat membereskan pakaian anaknya, sehari sebelum diumumkan penyebab kematian Delis oleh Kepolisian.
Pakaian korban pun dibereskan dan dikumpulkan dalam satu lemari khsusus di bagian tengah rumah.
Wati pun tiba-tiba terhenyak saat melihat pakaian seragam biru putih korban dan teringat dengan seragam Pramuka yang dikenakan korban saat ditemukan membusuk di gorong-gorong sekolahnya.
"Mungkin kemarin ada tanda-tandanya (firasat), saat membereskan pakaian almarhumah (Delis) saya langsung menangis dan teringat seragam pramuka korban yang masih terpakai saat ditemukan tewas. Saya pun menangis lama," kata Wati, dikutip TribunMataram.com dari Kompas.com, Kamis (27/2/2020).
"Padahal, saya selama beberapa pekan ini sudah berusaha tegar," lanjut Wati, sembari mencucurkan air mata dengan tatapan kosong kepada empat orang wartawan di depannya, Rabu malam.

Sebelumnya, Wati sendiri yakin anaknya korban pembunuhan
Dirinya pun tak mengira akan mendapatkan kabar pengungkapan kasus kematian anaknya pada Rabu malam.
Namun keyakinan dirinya bahwa kematian anaknya akibat dibunuh telah muncul saat mengetahui mayatnya ditemukan mengenaskan.
"Baru kemarin lagi saat beres-beres pakaian saya sangat teringat lagi anak saya.
Padahal saya sudah mulai tabah dan berusaha supaya tak terus-terusan bersedih.
Mungkin ini pertanda dari Allah SWT.
Eh, sekarang saya dapat kabar pengungkapan kasusnya," tambah Wati, sembari dihibur oleh para wartawan dengan melontarkan pertanyaan humor lainnya terkait kapan akan menikah lagi.
"Sumpah Pak, saya gak kepikiran ke sana selama ini," tukas Wati, dibarengi senyuman walau kedua bola matanya memerah menahan tangis.(*)