Human Interest Story

Bikin Satu Dingkul Selama Seminggu, Dijual Cuma Rp 8.500, Ibu-ibu di Kuningan Ini Bertahan Hidup

Rumsari yang ditemani saudaranya, menceritakan, kemampuan menganyam ini tidak ujug-ujug. Melainkan, mereka sejak kecil sudah belajar dari orang tua.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Ahmad Ripai
Sejumlah ibu warga Blok Wangun, Kelurahan Citangtu, Kabupaten Kuningan, menjadi perajin anyaman bambu untuk menambah penghasilan keluarga. 

Laporan Kontributor TribunCirebon.com, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN - Meski berpenghasilan minim dalam meraup keuntungan, sejumlah ibu warga Blok Wangun, Kelurahan Citangtu, Kabupaten Kuningan terlihat semangat menjalani usaha kecilnya.

Kampung mereka dikenal sebagai Kampung Anyaman. Di kampung ini, para ibu membuat dingkul atau boboko, tampah beragam ukuran, serta kerajinan lain dari anyaman bambu.

Menurut Rumsari (62), usaha sebagai perajin anyaman ini merupakan kegiatan turun-temurun dari sesepuh terdahulu. "Semua masyarakat di sini, rata - rata bisa membuat wadah yang terbuat dari bambu seperti ini, " ujar dia saat ditemui di rumahnya, Minggu (8/03/2020).

Anak Punk Dibakar Hidup-hidup oleh Kelompok Preman Saat Ngamen di Rumah Makan, Nyaris Tewas Terbakar

Temukan Bungkus Tisu Megic, Sepasang Pelajar Tertangkap Basah Berduaan di Kamar Penginapan

Rumsari yang ditemani saudaranya, menceritakan, kemampuan menganyam ini tidak ujug-ujug. Melainkan, mereka sejak kecil sudah belajar dari orang tua.

"Ya zaman dulu, hanya ikut-ikutan saja. Gak tau ini akan menjadi sumber penghasilan seperti saat ini," ucap dia.

Proses pembuatan wadah dari anyaman bambu, kata dia, mulai menebang pohon bambu, memotong sesuai kebutuhan, meraut dan menjemur sebelum menganyam.

"Hitungan waktu, kalau bikin satu dingkul, itu butuh waktu sekitar satu minggu," ujar dia.

Rumah Mewah Senilai Rp 60 M di Jakarta Digadai Sang Anak Untuk Foya-foya, Orangtua Lapor Polisi

Bertahun-tahun Tak Bertemu Setelah Putus, Yuni Shara Heran Raffi Ahmad Panggil dengan Sebutan Ini

Ada sejumlah perkakas yang dibutuhkan para perajin anyaman ini. "Golok, pisau raut, gergaji dan jara, itu peralatan yang kami gunakan," jelas dia.

Dilihat dari prosesnya yang cukup panjang, kata Rumsari, sebenarnya usaha ini tak sebanding dengan pasokan modal dan tenaga. "Tapi mau apalagi, ya dari pada gak ada kegiatan," kata Rumsari yang terlihat tidak berhenti menyelesaikan anyaman tadi.

Modal lain dalam usaha ini tentu saja bambu sebagai bahan baku anyaman. Karena tak memiliki kebun sendiri, Rumsari harus membeli.

"Sudah pasti mengeluarkan uang. Untuk beli bambu dan tali, kalau tidak bisa terpenuhi ya nganggur atuh," jelas dia.

Biasanya, lanjut Rumsari, tidak semua jenis bambu bisa digunakan untuk bahan anyaman ini. Karena bambu selain bambu tali, sulit untuk dilenturkan atau dilengkungkan.

"Jadi hanya bambu tali yang bisa sebagai bahan baku," kata dia.

Umumnya, usaha kerajinan ini dijalankan secara mandiri di rumah-rumah setiap warga. Sebagian besar yang terlibat ialah kaum perempuan yang berupaya memperoleh uang untuk menambah penghasilan keluarga.

Selama ini sedikit pun tidak ada bantuan dari pemerintah daerah.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved