VIRAL Megathrust di Sulawesi Sebabkan Gempa dan Tsunami Raksasa, Ini Penjelasan Unhas dan BMKG
Adi menambahkan, daerah yang berisiko paling tinggi berada di tempat yang menghadap langsung dengan zona subdiduksi.
Ia menuturkan, dari 24 kali tsunami di Sulawesi, 4 kali di antaranya dipicu oleh megathrust Sulawesi bagian utara, yaitu
- Tsunami utara Gorontalo pada 25 Agustus 1871 (tidak ada korban jiwa)
- Tsunami Tolitoli pada 2 Februari 1904 (tidak ada korban jiwa)
- Tsunami Kwandang-Manado pada 29 Januari 1920 (tidak ada korban jiwa)
- Tsunami Tolitoli pada 1 Januari 1996 (9 orang meninggal)
Terkait pemberitaan viral yang menyebutkan di Selat Makassar terdapat zona megathrust dan mampu memicu gempa besar, dapat dipastikan tidak benar.
Daryono memaparkan, megathrust merupakan istilah untuk menyebut sumber gempa di zona penunjaman lempeng, tepatnya jalur subduksi landai dan dangkal.
Di Selat Makassar, lanjut dia, tak ada aktivitas penunjaman lempeng atau pate subduction, namun yang ada adalah sumber gempa Makassar Strait Thrust yang berarti sesar naik Selat Makassar.
"Sulawesi memang rawan gempa, mengingat wilayahnya banyak terdapat sumber gempa," papar Daryono.
Maka ia menilai, potensi gempa harus disampaikan kepada masyarakat apa adanya, sesuai fakta tidak berlebihan, hingga dapat menimbulkan kecemasan di masyarakat.
"Semua informasi terkait potensi gempa dan tsunami harus direspon dengan langkah nyata dengan upaya memperkuat mitigasi guna meminimalkan dampak," tuturnya.
Daryono menambahkan, meskipun tinggal di daerah rawan gempa menurutnya hal tersebut tidak menjadi soal.
"Karena yang paling penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakat, serta menyiapkan infrastrukturnya yang tahan gempa," pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Megathrust Sulawesi Sebabkan Gempa dan Tsunami Besar, Ini Penjelasannya", https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/11/190500065/viral-megathrust-sulawesi-sebabkan-gempa-dan-tsunami-besar-ini?page=all#page2.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Sari Hardiyanto