Jelang Imlek

Kisah Ibang Satu-satunya Perajin Dodol Cina Khas Jatiwangi, Buka Sejak 1976 Tak Pernah Sepi Orderan

Ibang mengaku sejak awal bulan dirinya sudah mulai memproduksi dodol Cina tersebut lantaran kebanjiran orderan.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Eki Yulianto
Pekerja di usaha rumahan milik Ibang di Blok Posong, tengah membuat Dodol Cina atau Kue Keranjang khas Jatiwangi Majalengka, Sabtu (11/1/2020). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Tahun baru Cina atau Imlek tinggal 2 minggu lagi. Berbagai persiapan sudah dilakukan oleh orang-orang yang merayakannya. Tak hanya itu, mereka yang memiliki produk yang terkait dengan Imlek pun turut kecipratan rezeki.

Di antaranya para perajin kue keranjang atau dodol Cina. Dodol Cina merupakan makanan ringan yang tidak dapat dipisahkan dari perayaan yang jatuh pada tanggal 25 Januari 2020 tersebut.

Ibang (63), satu-satunya pengrajin dodol Cina asal Jatiwangi tepatnya di Blok Posong, Desa Mekarsari, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.

Ia rinya sudah mulai usaha membuat dodol sejak 1976.

 "Saya dari tahun 1976 sudah mulai membuat dodol dan selalu membuat satu tahun sekali menjelang Imlek. Awalnya saya ikut orang Cina di sini (pabrik Jatiwangi), namun sejak tahun 1990, pemilik pabrik ini pindah ke Bandung, makanya sekarang saya yang kelola," ujar Ibang saat berbincang dengan TribunCirebon.com, di rumahnya sekaligus tempat usaha pembuatan dodol keranjang di BlokPosong, Desa Mekarsari, Jatiwangi, Majalengka, Sabtu (11/1/2020).

 Ibang mengaku sejak awal bulan dirinya sudah mulai memproduksi dodol Cina tersebut lantaran kebanjiran orderan.

Orderan itu kebanyakan datang dari Majalengka maupun Bandung.

"Kami sudah mulai memproduksi sejak tanggal 1 Januari 2020, karena banyak yang sudah memesan untuk tradisi imlekan," ujar Ibang saat ditemui di pabriknya, Sabtu (11/1/2020).

Viral Nih, Ada Nasi Goreng Seharga Rp 1,7 Juta di Surabaya, Rasanya Bagaimana Ya?

8 Fakta Pembunuhan Hakim PN Medan Jamaluddin, Otak Pembunuhannya Istri ke-2, Motifnya Asmara

Ibang menyebut, pada tahun lalu dirinya dapat memproduksi dodol Cina sebanyak 2,5 ton.

Sedangkan, pada tahun ini, dirinya memperkirakan akan memproduksi tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu.

"Sampai hari ini sih, pemesan masih di titik kuintalan. Namun, masih ada beberapa hari lagi menjelang Imlek, oleh karena itu, secara keseluruhan produksi pada tahun ini tidak jauh berbeda alias stabil," ucapnya.

Ibang juga menyampaikan, setiap harinya dirinya bersama beberapa anggota keluarganya dapat memproduksi sebanyak 1 kuintal dodol.

Jumlah produksi itu, untuk memenuhi pesanan yang berasal dari Jatiwangi wilayah Majalengka dan Bandung.

"Kami dapat menjual di harga Rp 32 ribu per kilo yang berisi 3 buah dodol. Namun, jika ukurannya kecil, 1 kg dapat 4 buah dodol," kata Ibang.

3 Bintang Persib Bandung Dikabarkan Bakal Merapat ke Arema FC Ikuti Jejak Mario Gomez, Benarkah?

Dituduh Sakti dan Punya Ilmu Hitam oleh Mantan Istri, Teddy Suami Lina Woles: Ah itu mah Cuma Hoaks

Dirinya mengaku, dapat membuat dodol Cina setiap harinya sebanyak 1 kwintal dodol atau sekitar 300 dodol.

Ibang menjelaskan, dimulai dari menggiling beras ketan di mesin penggilingan yang sudah disediakan hingga benar-benar halus.

Selain itu, cairan gula juga perlu disiapkan yang sebelumnya telah dicampurkan dengan air mendidih dan daun pandan.

Setelah beras ketan menjadi halus, campurkan dengan gula cair di suatu wadah.

Proses selanjutnya, aduklah bahan tersebut hingga menjadi sebuah adonan.

Lalu, masukkan adonan tersebut di wadah kecil atau wadah yang telah disediakan.

Hingga akhirnya, dikukus kurang lebih dari 12 jam, sampai warna dodol menjadi cokelat.

Perajin dodol Cina asal Jatiwangi, Ibang (63) dibantu dengan beberapa anggota keluarganya.
Perajin dodol Cina asal Jatiwangi, Ibang (63) dibantu dengan beberapa anggota keluarganya. (TribunCirebon.com/Eki Yulianto)

Pada satu tungku, terdapat 200-an dodol yang dikukus.

Dalam waktu pengukusan, tungku itu pun tidak boleh pernah berhenti mengukus.

Menurut Ibang, produksi tersebut harus terus dipertahankan, mengingat kualitas rasa dodol harus diutamakan.

"Kalau api saat pengumuman mati, citra rasa akan berbeda, bisa jadi kita akan mengulanginya lagi prosesnya dari awal dan pengukusan dianggap gagal," ujar Ibang.

Ibang (63), satu-satunya pengrajin kue keranjang atau dodol Cina asal Jatiwangi selalu mendapatkan keuntungan yang besar ketika menerima orderan membuat dodol.

Dirinya mengaku, setiap pembuatan dodol yang hanya dilakukan saat menjelang perayaan Imlek itu, ia mendapatkan keuntungan puluhan juta.

"Alhamdulilah setiap tahunnya kami masih mendapatkan orderan yang banyak menjelang Imlek, pendapatan ya sampai Rp 40 juta mah ada," ujar Ibang, Sabtu (11/1/2020).

Perajin dodol Cina asal Jatiwangi Majalengka kebanjiran orderan pembuatan dodol Cina jelang Imlek, Sabtu (11/1/2020).
Perajin dodol Cina asal Jatiwangi Majalengka kebanjiran orderan pembuatan dodol Cina jelang Imlek, Sabtu (11/1/2020). (TribunCirebon.com/Eki Yulianto)

Disaat banyaknya pengrajin dodol Cina yang gulung tikar karena sepinya orderan, dirinya mengatakan, dari tahun 2014 setiap tahunnya mengalami peningkatan orderan.

Bahkan, di tahun 2018 lalu, bisa membuat dodol Cina sebanyak 3,5 ton dodol.

"Paling tertinggi memproduksi pada tahun 2018 mencapai 3,8 ton, dan pastinya keuntungan paling banyak terjadi di tahun tersebut," ucap pria yang sudah 44 tahun menggeluti usaha dodol tersebut.

Menyinggung resep rahasia yang diproduksi oleh dia dan anggota keluarganya, Ibang menyebut, tidak ada yang spesial atau berbeda dengan cara pembuatan dodol yang berisi beras ketan dan gula itu.

Namun, dirinya selalu mengutamakan rasa di setiap proses pembuatan kue keranjang tersebut.

"Tidak ada yang beda sih, tapi kalau kami melakukan kesalahan sedikit, misal ketika pengukusan, api tiba-tiba mati, mending diulang lagi prosesnya, daripada citra rasa nanti akan berbeda dari biasanya," kata Ibang.

Lanjut Ibang, untuk saat ini, dirinya baru mendapatkan sekitar 3 kwintal orderan.

Namun, seiring masih beberapa hari lamanya waktu perayaan Imlek, dirinya menyebutkan masih ada langganan yang belum memesan kepadanya.

"Ini masih lama menjelang Imlek, besok-besok juga bakal ada lagi yang bakal order. Ya bisa lah seperti tahun lalu yang mencapai 2,5 ton produksi dodol," jelasnya.

Setiap kilogramnya, Ibang mematok harga sekitar Rp 32 ribu per tiga buah dodol.

Namun, jika ukuran dodolnya lebih kecil, bisa mendapatkan empat buah dodol per kilonya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved