Jelang Imlek
Kisah Ibang Satu-satunya Perajin Dodol Cina Khas Jatiwangi, Buka Sejak 1976 Tak Pernah Sepi Orderan
Ibang mengaku sejak awal bulan dirinya sudah mulai memproduksi dodol Cina tersebut lantaran kebanjiran orderan.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
Dirinya mengaku, dapat membuat dodol Cina setiap harinya sebanyak 1 kwintal dodol atau sekitar 300 dodol.
Ibang menjelaskan, dimulai dari menggiling beras ketan di mesin penggilingan yang sudah disediakan hingga benar-benar halus.
Selain itu, cairan gula juga perlu disiapkan yang sebelumnya telah dicampurkan dengan air mendidih dan daun pandan.
Setelah beras ketan menjadi halus, campurkan dengan gula cair di suatu wadah.
Proses selanjutnya, aduklah bahan tersebut hingga menjadi sebuah adonan.
Lalu, masukkan adonan tersebut di wadah kecil atau wadah yang telah disediakan.
Hingga akhirnya, dikukus kurang lebih dari 12 jam, sampai warna dodol menjadi cokelat.

Pada satu tungku, terdapat 200-an dodol yang dikukus.
Dalam waktu pengukusan, tungku itu pun tidak boleh pernah berhenti mengukus.
Menurut Ibang, produksi tersebut harus terus dipertahankan, mengingat kualitas rasa dodol harus diutamakan.
"Kalau api saat pengumuman mati, citra rasa akan berbeda, bisa jadi kita akan mengulanginya lagi prosesnya dari awal dan pengukusan dianggap gagal," ujar Ibang.
Ibang (63), satu-satunya pengrajin kue keranjang atau dodol Cina asal Jatiwangi selalu mendapatkan keuntungan yang besar ketika menerima orderan membuat dodol.
Dirinya mengaku, setiap pembuatan dodol yang hanya dilakukan saat menjelang perayaan Imlek itu, ia mendapatkan keuntungan puluhan juta.
"Alhamdulilah setiap tahunnya kami masih mendapatkan orderan yang banyak menjelang Imlek, pendapatan ya sampai Rp 40 juta mah ada," ujar Ibang, Sabtu (11/1/2020).

Disaat banyaknya pengrajin dodol Cina yang gulung tikar karena sepinya orderan, dirinya mengatakan, dari tahun 2014 setiap tahunnya mengalami peningkatan orderan.