12 Orang Tewas Akibat Konflik Dengan Buaya Sepanjang 3 Tahun Terakhir, Ini Penyebab Buaya Lebih Buas
Tak hanya itu, musim kawin buaya pada November sampai Januari, membuat buaya semakin agresif dan sering muncul di permukaan.
Qidam bersama 10 temannya yang lain kemudian berjibaku menarik buaya tersebut ke darat.
Butuh waktu empat jam untuk membuat buaya berukuran panjang 4,6 meter itu menyerah.
Qadim mengatakan jika di Sungai Dusun Pangkalraya memang dikenal sebagai habitat buaya muara.
"Kenapa kita khawatir, karena buaya tersebut sudah mulai nakal. Buaya tersebut sudah mulai mendekati nelayan saat mancing. Intinya mulai menyerang manusia," kata Qadim memberikan alasan menangkap buaya tersebut.
Padahal, dia mengaku tidak ada konflik antara buaya dan manusia di sungai tersebut.
Hanya saja, menurut Qadim, dua buaya yang ditangkap pekan lalu itu, dianggap meresahkan masyarakat.
Lantaran bagian kerongkongan dan perutnya rusak, dua buaya yang ditangkap oleh warga Pangkalraya itu mati sebelum dievakuasi.
Sementara, konflik buaya dan manusia pernah terjadi di Dusun Nunggal, Desa Kemingking, Bangka Tengah pada Agustus 2019 lalu.
Kholil selamat dari maut meski menderita luka-luka setelah diterkam buaya di Sungai Dusun Nunggal.
Setelah kejadian itu, warga semakin khawatir karena buaya kerap muncul di sungai tersebut.
Kepala Dusun Nunggal Irwan menyebutkan warga tetap was-was setelah peristiwa yang dialami Kholil.
Kholil diserang buaya di Kolong TB 1 Bedeng Keraka, Dusun Nunggal, Senin (26/8/2019) saat menambang timah.
"Buaya yang menyerang Kholil sudah ditangkap dengan umpan bebek. Tetapi ada buaya lain yang membuat warga resah dan bisa menyerang nantinya," ungkap Irwan.
Penangkapan buaya 4,6 meter di Pangkalraya dan Kholil diserang sang predator merupakan bagian dari konflik yang terjadi antara manusia dan buaya di Pulau Bangka. (R1/R3/S2/Cr1)
3 Tahun 12 Orang Tewas