12 Orang Tewas Akibat Konflik Dengan Buaya Sepanjang 3 Tahun Terakhir, Ini Penyebab Buaya Lebih Buas
Tak hanya itu, musim kawin buaya pada November sampai Januari, membuat buaya semakin agresif dan sering muncul di permukaan.
TRIBUNCIREBON.COM - Rusaknya habitat di sungai dan rawa menjadi penyebab buaya di Bangka dan Belitung kerap berkonflik dengan manusia.
Tak hanya itu, musim kawin buaya pada November sampai Januari, membuat buaya semakin agresif dan sering muncul di permukaan.
Kepala Resort Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bangka Belitung Septian Wiguna menjelaskan, habitat buaya tersebar di beberapa sungai dan rawa yang bermuara ke laut.
"Maka dari itu jenis buaya yang ada pada umumnya berjenis buaya muara (Crocodylus porosus)," jelas Septian, Senin (6/1/2019).
Menurutnya, seiring tumbuhnya populasi buaya beriringan peningkatan jumlah manusia, bukan tidak mungkin dapat mengganggu habitat buaya.
"Kalau alam sudah rusak, mereka pasti akan keluar. Sehingga hal inilah yang kadang menimbulkan gesekan penggunaan ruang dalam habitatnya antara manusia dan buaya," ungkap Septian.
Mengenai penyerangan buaya kepada manusia merupakan indikasi kondisi alam yang sudah tidak seimbang.
Atau dengan kata lain, terjadinya kerusakan alam yang mengganggu tempat hidup buaya itu sendiri.
Tumpang tindih ruang habitat buaya dengan aktivitas manusia tersebut, membuat tempat hidup buaya rusak dan mengakibatkan sumber pakan mereka menurun.
"Ini perlu ada kajian ilmiah untuk menyimpulkan penyebab utamanya. Dua faktor yang kami sampaikan adalah berdasarkan fakta yang terjadi sejauh ini," terangnya.
Lebih lanjut menurut Septian, semakin agresif buaya pada umumnya disebabkan masa kawin atau masa buaya betina matang secara seksual (siklus estrus).
Selain itu, buaya merupakan jenis satwa teritorial yang artinya pada siklus estrus tersebut, gerak-gerik apapun yang dianggap mengancam, buaya akan lebih agresif untuk mempertahankan teritorinya.
"Siklus estrus umumnya terjadi pada musim penghujan yang bila dikonversi musim penghujan saat ini yang dimulai pada akhir Desember atau awal Januari. Itulah sebab kenapa mereka lebih agresif," tutupnya.
32 Kasus Buaya dan Manusia
Sejak 2016 sampai Juni 2019, Yayasan Konservasi Pusat Penyelamatan Satwa Alobi Foundation Bangka Belitung mencatat ada 32 kasus konflik buaya dengan manusia di Babel.
Pendataan bersama pihak BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Babel menghasilkan fakta, sebanyak 71 ekor buaya yang ditemukan warga dalam kurun waktu tersebut.