Wisata Indramayu

Sejarah Terbentuknya Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong Indramayu, Dulu Sering Kena Abrasi

Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong sekarang menjelma menjadi primadona wisatawan saat berkunjung ke Kabupaten Indramayu.

Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong Indramayu 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong sekarang menjelma menjadi primadona wisatawan saat berkunjung ke Kabupaten Indramayu.

Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa tempat wisata yang resmi dibuka sejak tahun 2015 lalu ini rupanya berawal dari bencana abrasi yang dahulu melanda kawasan setempat.

Koordinator Lapangan Kelompok Pantai Lestari, Roksikin mengatakan, Kawasan yang sekarang menjadi Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong dahulunya adalah daerah yang menjadi langganan bencana abrasi.

Yuk Wisata Sambil Belajar Kenali Tanaman Mangrove di Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong Indramayu

Lokasinya yang berada persis di bibir pantai membuat ombak dengan mudah menerjang dan merusakan daratan yang berada di sekitarnya.

Pengunjung Wisata Hutan Mangrove
Pengunjung Wisata Hutan Mangrove (Tribun Cirebon.com/Handhika Rahman)

"Perjalanan sejarah dari Ekowisata Hutan Mangrove ini sendiri menjadi daya tarik dari perhatian para pengunjung, karena tidak terbentuk oleh alam," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong Indramayu, Minggu (17/11/2019).

Dirinya menceritakan, banyak tambak milik masyarakat setempat yang berada di pesisir laut terkikis oleh terjangan ombak saat sebelum ditanami tanaman mangrove.

10 Destinasi Wisata Murah Meriah di Kabupaten Majalengka, Cocok Untuk Berlibur Akhir Pekan

Tidak jarang pula rumah ataupun bangunan lain juga rusak akibat abrasi.

Pada tahun 2008, pihaknya yang tergabung dalam Kelompok Pantai Lestari berinisiatif untuk menanam tanaman mangrove di kawasan tersebut.

Dengan tujuan, untuk penangkal ombak agar tidak lagi merusak tambak-tambak milik warga.

"Ini tidak terbentuk oleh alam, dalam artian ditanam dari nol. Yang dahulunya masih lautan berbenturan dengan gelombang air pasang terus kemudian kami tanami," ucap dia.

Berkat usaha itu, disampaikan Roksikin tambak-tambak milik warga sekarang ini dapat diselamatkan, jumlahnya pun kian bertambah.

Tidak hanya itu, dalam pembentukkannya, Kelompok Pantai Lestari juga konsisten dalam merawat tanaman mangrove agar bisa tumbuh dengan subur.

Sekarang, di lahan seluas 20 hektare itu sudah tertanam sebanyak ribuan pohon mangrove dari beragam jenis yang, seperti Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, dan masih banyak lagi.

Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong Indramayu sekarang menjadi kawasan hutan mangrove terbesar di Jawa Barat.

Disebutkan Roksikin, asal muasal Hutan Mangrove ini turut menjadi daya tarik wisatawan khususnya dari luar daerah untuk berkunjung ke Kabupaten Indramayu.

Banyak dari para wisatawan khususnya dari luar daerah sengaja datang ke Ekowisata Hutang Mangrove Karangsong Indramayu untuk sekedar study banding atau belajar.

Mereka belajar bagaimana menerapkan pembudidayaan Hutan Mangrove Karangsong untuk diterapkan di daerahnya masing-masing.

"Selain berwisata, banyak pengunjung ke sini untuk menanyakan asal mula atau sejarah dari Hutan Mangrove Karangsong," ujar dia.

Arboretum Mangrove

awasan Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong Indramayu bisa menjadi tempat alternatif untuk berwisata sekaligus belajar.

Koordinator Lapangan Kelompok Pantai Lestari, Roksikin mengatakan, di lahan seluas 20 hektare ini terdapat ribuan tanaman mangrove dari beragam jenis seperti Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, dan masih banyak lagi.

"Selain berwisata untuk anak-anak sekolah baik dari tingkat TK sampai mahasiswa itu kita ada tempat namanya Arboretum Mangrove," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Karangsong Indramayu, Minggu (17/11/2019).

Hutan Mangrove Karangsong
Hutan Mangrove Karangsong (Tribun Cirebon.com/Handhika Rahman)

Arboretum Mangrove ini, disebutkan Roksikin merupakan wahana khusus sebagai media pembelajaran keanekaragaman hayati tamanan mangrove.

Ada ribuan pohon dari 29 jenis flora yang ditanam di Arboretum Mangrove.

"Di Arboretum Mangrove pelajar akan diedukasi tentang mangrove, mulai dari cara pembibitan, penyemaian, mengenal jenis-jenisnya," ujar dia.

Selama belajar, para pelajar itu juga akan ditemani oleh seorang tour guide atau pemandu.

Tour guide ini bertugas menemani sekaligus memberi penjelasan kepada para pelajar terkait ragam pengetahuan mengenai tanaman mangrove.

Tidak hanya edukasi mengenai flora, di Arboretum Mangrove ini juga dijadikan sebagai tempat penangkaran habitat alami bagi 33 spesies burung.

Dari ke-33 spesies burung itu, 9 di antaranya termasuk kedalam satwa yang di lindungi dan 1 spesies lagi terancam punah.

"Yang hampir terancam punah itu, yakni burung Kokokan laut atau Butorides stariatus," ujar dia.

Selain itu, di Arboretum Mangrove juga terdapat budidaya tambak yang ramah lingkungan, yakni dengan menggunakan sistem Agrosilvofishery.

Para pelajar di sana juga akan dikenalkan bagaimana budidaya menggunakan sistem tersebut.

Masih di tempat yang sama, juga terdapat sebanyak 6 unit panel surya yang dibuat oleh pengelola di lokasi Arboretum Mangrove ini.

Panel surya itu, disebutkan Roksikin merupakan sumber daya yang mengaliri listrik ke seluruh kawasan Ekowisata Mangrove Karangsong.

Setelah puas belajar, Roksikin menyampaikan mereka juga akan ditemani juga saat berwisata di kawasan ekowisata.

"Setelah selesai kegiatan di sana baru mereka berwisata ditemani tour gaide ke tempat ekowisatanya" ujar dia.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved