WASPADA, Indramayu Berpotensi Gempa Bumi Terpusat di Kecamatan Terisi, BMKG Pasang Alat Deteksi
Tercatat ada sebanyak 4 bencana alam yang berpotensi menimpa Kabupaten Indramayu mulai tahun 2019 ini.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Muhamad Nandri Prilatama
Dirinya menjelaskan, sesar baribis pergerakannya di bawah tanah, berbeda dengan gempa karena patahan yang titik pusatnya itu berada di bawah laut.
Sehingga dampak yang dirasakan pun tidak akan terlalu besar.
• Galih Ginanjar Menangis Karena Kangen Sang Anak, Netizen Malah Ingin Tampol Galih
Lanjut Caya, guncangan yang disebabkan sesar baribis hanya sekitar 3,1 skala richter, dengan kedalaman antara 5-10 kilometer di bawah permukaan tanah.
Meski sesar baribis merupakan sesar aktif dan sangat berpotensi gempa, namun disampaikan Caya, potensi yang akan dirasakan hanya dalam skala kecil.
"Karena kita bukan daerah patahan, kita hanya sesar di darat saja itu pun sedikit tidak menyeluruh satu kabupaten," ujar dia.
Disebutkan dirinya, daerah yang akan paling terasa apabila terjadi gempa, ialah daerah barat Kabupaten Indramayu, karena terlintasi secara langsung oleh Sesar Baribis.
Berikut ini data Sekolah bahaya gempa bumi akibat Sesar Baribis:
1. Kecamatan Gantar, jenjang SD sebanyak 3 sekolah.
2. Kecamatan Terisi, jenjang SD sebanyak 4 sekolah dan jenjang SMK sebanyak 1 sekolah.
3. Kecamatan Widasari, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
4. Kecamatan Krangkeng, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
5. Kecamatan Karangampel, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
6. Kecamatan Juntinyuat, jenjang SD sebanyak 1 sekolah.
7. Kecamatan Sliyeg, jenjang SD sebanyak 2 sekolah dan jenjang SMK sebanyak 1 sekolah.
8. Kecamatan Sindang, jenjang SMP sebanyak 2 sekolah dan jenjang SMK sebanyak 1 sekolah.
Mengarah ke Jakarta
Kompas.com pernah menulis tentang ancaman Sesar Baribis di bawah tanah Jakarta. Pada 2016, ahli geodasi Australia Achraff Koulali memublikasikan temuannya tentang sesar Baribis aktif yang membentang sepanjang 25 kilometer di selatan Jakarta.
Temuan ini dipublikasikan di jurnal internasional Elsevier. Sesar ini disebut melintang dari Purwakarta, Cibatu-Bekasi, Tangerang, dan Rangkasbitung.
Jika ditarik garis lurus dari Cibatu ke Tangerang, sesar Baribis diprediksi melewati beberapa kecamatan di Jakarta.
Sebelum studi dilakukan oleh Achraff, bukti sejarah mencatat adanya gempa besar yang mengguncang Jakarta pada 5 Januari 1699 sekitar pukul 01.30 WIB.
Menurut catatan data gempa yang dibuat profesor geologi asal Jerman, Arthur Wichman, gempa besar di tahun itu merusak 40 bangunan, termasuk bangunan Hindia belanda yang kokoh, seperti Istana Daendels.
Dalam diskusi berjatuk " Gempa Bumi Megathrust M 8,7: Siapkah Jakarta?" yang diadakan akhir Februari 2018, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut gempa itu diduga disebabkan oleh sesar Baribis yang melintasi Jakarta.