Bencana Kekeringan Masih Terjadi di Kabupaten Cirebon, Warga Sampiran Sulit Mendapatkan Air Bersih
Bencana Kekeringan Masih Terjadi di Kabupaten Cirebon, Warga Sampiran Sulit Mendapatkan Air Bersih
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Bencana kekeringan akibat musim kemarau panjang masih terjadi di Kabupaten Cirebon, salah satunya di Blok Sampiran, Desa Sampiran, Kecamatan Talun.
Murdiyati (59), warga Blok Sampiran mengatakan, kesulitan air bersih yang dialami oleh warga di blok tersebut jauh lebih lama dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
• Sejarah Mesin Mekanik Perawatan Jalan Rel VDM 800 GS yang Dijadikan Monumen di Cirebon
Ditahun sebelumnya, kata Murdiyati, terjadi mulai Mei hingga pertengahan Oktober.
Pada 2019, kesulitan air bersih terjadi dari Mei hingga memasuki pertengahan November.
• Anak Bupati Majalengka Irfan Nur Alam Miliki Senjata Api,Perbakin Bantah Bukan Pasokan dari Pihaknya
"Tahun sekarang lebih panjang, apalagi sumur saya semuanya sudah kering," kata Murdiyati di Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Kamis (14/11/2019).
Sementara itu, Sarnadi (54), warga Blok Sampiran, mengatakan, imbas kemarau panjang yang terjadi, pada tahun ini ia beberapa kali membeli air galon isi ulang untuk berbagai kebutuhan rumah tangga.
"Di sumur kan selalu ngantri, jadinya beli saja. Satu hari lima galon," katanya.
Di Blok Sampiran, untuk mendapatkan air bersih warga memanfaatkan sumur pantek yang dibangun oleh pemerintah setempat.
Sumur tersebut berada di tengah permukiman penduduk.
• Densus 88 Amankan Wanita Bercadar, Pemilik Kos Dipeluk: Doakan Saya ya Bu, Saya Dibilang Teroris
Setiap pagi warga Desa Blok Sampiran berdatangan ke lokasi sumur pantek untuk mendapatkan air bersih.
warga yang datang ke lokasi tersebut membawa sejumlah jeriken air.
Setibanya di lokasi sumur pantek, jeriken-jeriken tersebut pun kemudian dijajarkan tepat di depan pintu sumur yang di dalamnya juga, terdapat fasilitas mandi cuci kakus (MCK) umum.
Selain memanfaatkan fasilitas sumur pantek, warga pun memanfaatkan bantuan air bersih yang sering dipasok oleh pemerintah daerah, kepolisian, atau pun instansi negara lainnya.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon, Eman Sulaeman, hujan yang mengguyur Kabupaten Cirebon tidak merata, sehingga tidak belum membebaskan warga dari kekeringan.
"Ini kan musim pancaroba peralihan, intesitas juga belum tinggi," kata Eman.
Eman mengatakan, hujan yang beberapa kali mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Cirebon pun berintesitas ringan dan berlangsung kurang dari 30 menit.
• VIDEO - Polisi Olah TKP di Lokasi Kecelakaan Bus Sinar Jaya vs Bus Arimbi di Tol Cipali KM 117.800
"Hujan belum mengembalikan ketersediaan sumber-sumber air warga," katanya.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Cirebon, 11 kecamatan mengalami kekeringan atau krisis air bersih.
Kecamatan tersebut, yakni Greged, Gebang, Gegesik, Gunung Djati, Kaliwedi, Klangenan, Panguragan, Sedong, Slangit, Suranenggala, dan Talun.
BPBD Kabupaten Cirebon pun mencatat, di Gebang sebanyak satu desa, Greged satu desa, Gegesik satu desa, Gunung Djati empat desa, Kaliwedi satu desa, Klangenan satu desa, Talun satu desa, Slangit satu desa, Suranenggala dua desa, Panguragan dua desa, dan Sedong satu desa.
Berharap Turun Hujan
Warga Blok Sampiran, Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, berharap hujan dapat segera turun di wilayah tersebut, sehingga kebutuhan air bersih dapat terpenuhi.
Kanija (60), warga Blok Sampiran, mengatakan, kalau hujan sudah sering turun di Kabupaten Cirebon, sumur miliknya dan warga lainnya kembali terisi, sehingga tidak perlu susah payah untuk antre.
"Padahal daerah lain sudah musim hujan, di sini cuma mendungnya saja," kata Kanija di Blok Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Kamis (14/11/2019).
Di Blok Sampiran, untuk mendapatkan air bersih warga memanfaatkan sumur pantek yang dibangun oleh pemerintah setempat, sumur tersebut berada di tengah permukiman penduduk.
Setiap pagi warga di Desa Blok Sampiran berdatangan ke lokasi sumur pantek untuk mendapatkan air bersih, warga yang datang ke lokasi tersebut membawa sejumlah jeriken air.
Setibanya di lokasi sumur pantek, jeriken-jeriken tersebut pun kemudian dijajarkan tepat di depan pintu sumur yang di dalamnya juga, terdapat fasilitas mandi cuci kakus (MCK) umum.
"Kalau pake air sumur pantek kan tidak bisa banyak-banyak, gak enak sama warga lainnya," katanya.
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kertajati Kabupaten Majalengka memprediksi awal musim hujan di Wilayah III Cirebon dan sekitarnya mengalami kemunduran dibanding biasanya.
Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Kertajati Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, mengatakan, awal musim hujan di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, mengalami kemunduran dibanding tahun sebelumnya.
• Dua Penjambret di Majalengka Dibekuk Polisi,Todong Senpi Mainan Untuk Gasak Handphone & Motor Korban
"Diprediksi Wilayah III Cirebon baru memasuki musim hujan pada November - Desember 2019," kata Ahmad Faa Iziyn saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, prediksi awal musim hujan tersebut juga tergantung dari zona musimnya. Pasalnya, setiap wilayah mengalami zona musim yang berbeda-beda.
Untuk wilayah Kota dan Kabupaten Cirebon diprediksi akan memasuki musim hujan pada pertengahan November hingga awal Desember 2019.
"Indramayu juga sama, tapi di setiap kecamatannya akan berbeda," ujar Ahmad Faa Iziyn.
• Persija Jakarta Sodori Kontrak Baru, Begini Jawaban Marko Simic
Menurut dia, untuk wilayah Majalengka diprediksi baru memasuki musim hujan pada akhir November 2019. Sedangkan musim hujan di Kabupaten Kuningan, diperkirakan baru mulai pada awal November 2019.
Padahal, kata dia, di tahun-tahun sebelumnya Wilayah III Cirebon sudah memasuki awal musim hujan pada Oktober. "Tahun ini November baru masuk musim hujan, jadi memang mundur hingga 30 harian," kata Ahmad Faa Iziyn.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/cirebon/foto/bank/originals/sampiran12567.jpg)