Usia Sudah 75 Tahun, Min Karmini Tetap Tegar Berjualan Rempah-rempah, Mau Beli Motor untuk Cucu

Setiap tembikar diberi khasiatnya. Misalnya, kunyit hitam berkhasiat untuk mencegah diabetes. Kunyit kuning mangga kaweni, ditulisi obat untuk koleste

Editor: Machmud Mubarok
Tribun Jabar/Mega Nugraha
Walau sudah berusia 75 tahun, Min Karmini masih segar bugar berjualan rempah-rempah di tepi Jalan Cileunyi, Jumat (20/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribun, Mega Nugrah Sukarna

 TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Usia Min Karmini sudah lebih dari setengah abad, tepatnya 75 tahun. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan komoditas rempah hasil kebun orang tuanya, seperti kunyit putih, hitam, kuning mangga hingga segala jenis jahe.

Ia meyakini rempah-rempah itu selain pelengkap bumbu masakan, juga obat tradisional untuk mencegah sejumlah penyakit mematikan di Indonesia, sebut saja kanker, jantung hingga diabetes.

Sepanjang hidupnya, sesuai anjuran orang tua, ia kerap mengonsumi rempah-rempah itu. Wajar saja, di usia-nya yang 75 tahun, ia tampak masih segar bugar.

Sejak delapan tahun terakhir, berbekal ilmu dan pengalaman mengonsumsi rempah-rempah itu, ia menjualnya di emperan jalan. Tribun mengamatinya menjual rempah-rempah di Jalan Raya Cileunyi, Jumat (20/9).

"Jualan rempah-rempah seperti ini sudah lebih dari 5 tahun, jualannya emperan tapi pindah-pindah. Sekarang di emperan Jalan Cileunyi sejak setahun terakhir," kata Min Karmini ditemui di lapaknya.

Pantauan Tribun, perempuan asal Pakemitan Kabupaten Sumedang ini melapakkan rempah-rempahnya di trotoar jalan. Dagangannya ia gelar di tembikar. Untuk terhindar dari panas, ia memasang payung lebar.

Setiap tembikar diberi khasiatnya. Misalnya, kunyit hitam berkhasiat untuk mencegah diabetes. Kunyit kuning mangga kaweni, ditulisi obat untuk kolesterol. Jahe merah untuk meengobati masuk angin hingga lambung.

"Saya jualan sejak jam 05.00 sampai jam 16.00. Suka masuk angin karena tiap hari di jalan, tapi saya minum jahe, langsung sembuh," kata Min.

Ia mengatakan, rempah-rempah yang ia jual, didapat dari sejumlah pemilik kebun di Sumedang. Ia sudah mencoba semua rempah-rempah tersebut. Hasilnya, ia merasa kondisi kesehatannya selalu terjaga.

"Ini kan resep obat tradisional turun temurun. Saya sudah coba semua. Khasiatnya sudah terjamin. Daripada pakai obat kimia, obat tradisional lebih aman," ujar dia.

Pengalaman medis itulah yang ia tawarkan pada setiap penjual. Apalagi, ia juga tahu kondisi masyarakat Indonesia, tidak lepas dari tiga gangguan kesehatan karena pola hidup, seperti gangguan jantung, darah tinggi hingga stroke.

"Orang Indonesia mah sakitnya gara-gara pola makan, maka harus diimbangi dengan mengkonsumsi rempah-rempah seperti ini," katanya.

Strategi marketingnya berjalan sukses. Setiap harinya, pengguna jalan kerap mampir di lapaknya. Rata-rata, pembelinya pria maupun wanita dewasa yang punya riwayat penyakit seperti darah tinggi, kolestrol, jantung hingga diabetes.

"Alhamdulillah, sehari bisa dapat paling sedikit Rp 300 ribu. Untuk kunyit harganya per kilo RP 20 ribu, jahet merah bisa sampai Rp 60 ribu," katanya.

Dari usahanya itu, ia mampu mencicil sepeda motor untuk cucunya yang duduk di bangku SMK.

"Cucu mau sepeda motor. Anak sayanya kan sudah janda, tidak punya uang. Jadi hasil dari jualan ini, saya bayarkan untuk cicilan sepeda motor cucu saya, delapan kali bayar sudah luna," ujar dia. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved