Pasar Batik Trusmi Sepi, Pedagang Mengeluh, Curhat soal Pendapatan

Dari beberapa toko penjual batik yang buka, para penjualnya hanya mampu

Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribuncirebon.com/Hakim Baihaqi
Pasar Batik Trusmi, Kabupaten Cirebon 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Hakim Baihaqi

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Sejumlah pedagang di Pasar Batik Trusmi yang berada di Desa Weru Lor, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, mengeluhkan pasar tersebut selalu sepi dari aktivitas penjualan

‎Pantauan Tribuncirebon.com, Jumat (20/9/2019), ‎Pasar Batik Trusmi yang berada di jalur pantura Jalan Otto Iskandardinata ini, dimulai dari pintu masuk hingga, hingga area parkir tampak sepi, dan berapa kios para penjualan batik pun tampak tutup.

Dari beberapa toko penjual batik yang buka, para penjualnya hanya berdiam diri, namun sesekali terlihat merapihkan produk batik yang berada di rak serta etalase untuk dijual.

Seorang penjual batik, Melani (40), menyebutkan, setelah diresmikan oleh mantan Gubernur Jawa Barat pada 2015, Ahmad Heryawan, pasar tersebut kerap sepi dari aktivitas penjualan terutama pada hari Senin hingga Jumat.

Pada hari biasa, kata Melani, ia hanya‎ mampu menjual satu hingga lima batik berbagai jenis, yakni kemeja, lembaran kain, daster, dan baju stelan untuk anak.

"Satu hari paling banyak dapat Rp 200 ribu, saya buka dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore," kata Melani di Pasar Batik Trusmi.

Pada akhir pekan atau libur nasional penjualan mengalami peningkatan, namun tidak begitu sigfinikan, yakni hanya sebanyak 20 produk batik atau mendapatkan Rp 800 ribu.

Melani mengatakan‎, pengunjung yang biasa datang ke Pasar Batik Trusmi merupakan warga dari luar kota dan lebih memilih membeli makanan khas Cirebon yaitu es tawuran dan empal gentong.

"Kebanyakannya cuma lihat-lihat saja, padahal tempat cukup strategis," katanya.

Pedagang lainnya, Nining (50), mengatakan, setelah pindah ke Pasar Batik Trusmi dari Desa Trusmi, pendapatan mengalami penurunan, karena sebagian besar pengujung lebih memilih berbelanja langsung ke Desa Trusmi.

"Waktu masih di desa yang dinaungi koperasi, pembeli banyak, tetapi sekarang sepi. Dalam sebulan gapernah lebih dari 100 barang yang keluar," katanya.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved