BJ Habibie Meninggal Dunia
Kisah BJ Habibie Benci pada Semua Dokter Setelah Kehilangan Ainun: Semua Dokter Gagal, Saya Marah!
Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, pernah mengaku sempat membenci semua dokter.
Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Fauzie Pradita Abbas
TRIBUNCIREBON.COM - Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie meninggal dunia.
Adapun BJ Habibie kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya.
Sebelum meninggal, keluarga dekat sudah berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto, tempat BJ Habibie dirawat. Diketahui, BJ Habibie telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.
Presiden ke-3 RI BJ Habibie meninggal dunia.
Adapun BJ Habibie meninggal di RSPAD Gatot Soebroto dalam usia 83 tahun.
"Menyusul" Ainun
"Jangan tinggalkan saya, Ainun," demikian ucap Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie di penghujung hidup Hasri Ainun Habibie yang tergambar dalam Film Habibie dan Ainun.
Saat itu ucapan Habibie yang diperankan oleh Reza Rahardian dan Ainun yang diucapkan oleh Bunga Citra Lestari terasa begitu menyentuh.
Film yang diangkat dari kisah dan buku Habibie & Ainun ini menceritakan cinta pertama dan terakhir yang hanya dipisahkan oleh maut. Kisah yang penuh romansa dari seseorang yang pernah memangku jabatan sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Sebuah kisah yang berawal dari pertemuan di sekolah.
Namun, bagi BJ Habibie, sosok Ainun tak begitu terlalu "menggoda" hatinya.
Adapun BJ Habibie muda justru meneriaki Ainun dengan sebutan " Si Gula Jawa " karena warna kulit yang kecokelatan.
Hari ini, Rabu (11/9/2019), Habibie menyusul Ainun, Si Gula Jawa ke alam baka.
Kisah romansa sepanjang masa
Kisah lama Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie dengan sang istri, Ainun, masih memikat untuk didengar dan mengundang tawa pendengarnya.
Kisah ini kembali diceritakan BJ Habibie saat menjadi tamu istimewa dalam acara "Rosi Spesial Kemerdekaan: Habibie, Kemerdekaan dan Cinta" di Kompas TV, Kamis (17/8/2017) malam.
Pada awalnya, BJ Habibie mengaku sama sekali tak tertarik dengan Ainun meski kala itu banyak laki-laki naksir pada Ainun.
"Kalau pun saya naksir (saat itu), belum tentu dia mau," ujar Habibie kepada pembawa acara, Rosiana Silalahi.
Jawaban BJ Habibie pun mengundang tawa hadirin dalam acara tersebut. Ainun merupakan putri dari teman orang tua BJ Habibie.
Adpaun BJ Habibie pun dekat dengan ayah Ainun sejak berusia 12 tahun.
Kala itu, ia mengaku datang kepada ayah Ainun karena memiliki banyak pertanyaan.
"Bapaknya Ainun pintar banget," tuturnya.
Adapun BJ Habibie termasuk yang datang dari keluarga tak berada. Para laki-laki yang mendekati Ainun hampir semuanya memiliki mobil atau merupakan anak menteri dan pejabat negara. Sedangkan ayah Habibie saat ia kuliah sudah meninggal dunia.
Sehingga, ibunya harus banting tulang menjalankan usaha katering untuk membiayai Habibie sekolah. Kedekatan Habibie dengan ayah Ainun bahkan kerap dimanfaatkan kawan-kawan Habibie.
Mereka yang naksir pada Ainun dan kakak Ainun ingin datang, namun takut pada ayah Ainun yang agak galak.
Mereka kemudian mengajak BJ Habibie dan menghampiri Ainun serta kakaknya saat sang ayah tengah asyik ngobrol dengan BJ Habibie.
Adapun BJ Habibie dan Ainun rupanya memiliki satu kesamaan.
Saat duduk di bangku SMA, keduanya dicap oleh guru ilmu pasti sebagai siswa paling muda di kelas namun sama-sama cerdas.
Adapun Ainun satu angkatan lebih muda dari BJ Habibie.
Dicap sama-sama pandai, guru tersebut pun kerap mengatakan jika Habibie dan Ainun menikah pasti memiliki anak-anak yang juga cerdas. Sering dijodoh-jodohkan, BJ Habibie merasa malu.
Sebab, ia tak tertarik dengan Ainun.
Si Gula Jawa Jadi Si Gula Pasir
Meski kerap disapa dengan sebutan Si Gula Jawa, ternyata Ainun tak pernah marah.
Tak sampai satu tahun BJ Habibie menganyam pendidikan di Institut Teknokogi Bandung (ITB), ia melanjutkan pendidikan ke Jerman.
Sewindu tak bertemu Ainun, ia pulang ke Tanah Air.
Ibunda BJ Habibie kemudian mengajaknya ke rumah Ainun.
Adapun BJ Habibie sempat malu karena sempat menyindir Ainun dengan sebutan "gendut, hitam dan jelek".
Padahal, keluarga Ainun sangat baik padanya.
Rupanya, sang ibu khawatir BJ Habibie memadu kasih dengan perempuan Eropa.
"Ibu saya punya program sendiri. Yaitu si Rudy (panggilan Habibie) daripada ketemu orang-orang bule dan dia gitu (pergaulannya)," kata BJ Habibie.
Pada saat itulah BJ Habibie kembali bertemu dengan Ainun.
Ia sempat kaget melihat Ainun yang lebih cantik daripada Ainun yang dikenalnya sebelumnya.
"Ainun, cantiknya. Kok gula Jawa jadi gula pasir," ucap Habibie.
Sejak saat itu romansa mereka terjalin begitu mesra.
Adapun BJ Habibie sangat setia pada sang pujaan hati hingga di saat-saat terakhirnya.
Kini BJ Habibie telah menyusul Si Gula ke alam baka. Selamat istirahat eyang, sampai bertemu di keabadian.
Pernah Benci Dokter
Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, pernah mengaku sempat membenci semua dokter.
Hal itu terjadi saat istrinya, Hasri Ainun Habibie meninggal dunia.
"Terus terang waktu Ainun meninggal, saya benci semua dokter. Semua dokter menurut saya gagal. Saya marah sekali," ujar BJ Habibie dalam acara "Rosi Spesial Kemerdekaan: Habibie, Kemerdekaan, dan Cinta" di Kompas TV, Kamis (17/8/2017).
Arlis Reksoprojo, seorang dokter yang juga sahabat Ainun tak luput dari sasaran amarah BJ Habibie saat itu.
Adapun BJ Habibie masih terus mempertanyakan mengapa tak seorang pun bisa menyelamatkan Ainun sehingga ia harus kehilangan istri tercintanya.
"Kasihan Arlis," tuturnya.
Adapun BJ Habibie mengaku juga sempat marah-marah kepada seorang profesor doktor asal Jerman yang merupakan guru besar nomor satu dalam bidang ilmu kedokteran.
Arlis yang saat itu berada di sebelahnya sampai mengira BJ Habibie gila.
Namun, beberapa bulan kemudian BJ Habibie meminta maaf pada profesor tersebut.
Kondisi Habibie pun dapat dipahami.
"Saya minta maaf. Prof, maaf saya kurang ajar," ujar BJ Habibie.
Mereka yang dimarahi BJ Habibie mengaku sudah biasa menjadi sasaran amarah seseorang yang kehilangan keluarga atau kerabat dekatnya.
"Saya pikir, setiap orang yang kehilangan kawan atau bagian dari dirinya sendiri akan bereaksi seperti itu," kata Habibie.
Adapun Ainun meninggal di RS Ludwig-Maximilians-Universitat, Klinikum Grohadern, Munich, 22 Mei 2010 sekitar pukul 17.35 waktu Jerman atau sekitar pukul 22.50 WIB.
Ia menderita penyakit kanker ovarium dan sempat menjalani sembilan kali operasi.

Melewati masa kritis sekitar satu hari, Ainun akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.
Jenazah Ainun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 25 Mei 2010.