Rumahnya Digusur & Tak Punya Tabungan, Indah Terpaksa Tidur di Kebun : Batin Saya Menangis
Rumahnya Digusur & Tak Punya Tabungan, Indah Terpaksa Tidur di Kebun : Batin Saya Menangis
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU- Tidak punya tempat tinggal, salah seorang warga korban penggusuran bangunan liar di Jalan Cimanuk Timur Indramayu, Indah Herlina (47) berniat akan bermalam di kebun malam hari nanti.
Dirinya menyampaikan, terpaksa akan tidur di kebun karena sudah tidak memiliki rumah lagi maupun sanak saudara yang bisa dimintai tolong untuk bermalam.
"Tidak tahu nanti malam tidur dimana, kalau tidak ada tempat ya mau tidak mau tidur di kebun depan," ujar dia saat ditemui Tribuncirebon.com, Rabu (11/9/2019).
• RICUH, Penggusuran PKL Bantaran Cimanuk Indramayu Diwarnai Protes Warga: Punya Hati Nurani Tidak?
Ibu tiga anak itu juga menyampaikan tidak memiliki tabungan sepeser pun.
Dirinya yang hanya pedagang warung kopi dan suami sebagai buruh cuci hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, itu pun kadang harus berhutang.
"Boro-boro satu dua juta mas, tidak ada. Saya itu kalau punya uang ya buat bayar hutang, lalu hutang lagi buat makan, jangankan untuk sewa kontrakan untuk makan saja sulit," ucap dia.
Indah Herlina mengatakan, rumah yang kini ditinggalinya adalah harta paling berharga.
• Tempati Tanah untuk Pembuatan Taman Kota, Lapak PKL di Jalan Cimanuk Barat Indramayu Digusur
Semua kenangan mulai dari dirinya kecil, remaja, bahkan sekarang sudah berkeluarga dan memiliki tiga orang anak semuanya tersimpan rapi di rumah tersebut.
Pantauan Tribuncirebon.com, Indah Herlina merapikan barang-barangnya dengan sangat terpaksa, satu per satu dia angkut keluar rumah.
Wajahnya pun terlihat kecewa sekaligus sedih, tidak ada keceriaan dari rawut wajah wanita paruh baya itu.
Sesekali Indah Herlina juga memandang rumahnya yang sudah kosong melompong, ruangan demi ruangan dia cek kembali agar tidak ada barang yang tersisa.
• Kakek Ini Tega Setebuhi Cucunya Berkali-kali, Pernah Kepergok Sedang Meremas Tubuh Korban
• Shandy Aulia Murka Diminta Buka Baju Saat Tengah Hamil, Berani Ekspos Sosok Pelakunya
"Saya memang tidak menangis, tapi batin saya yang menangis, menjerit-jerit," ujar dia.
Kini, Indah Herlina dan warga korban gusuran bangunan liar lainnya di Jalan Cimanuk Timur tidak tahu harus bagaimana kedepan.
Pasalnya, meski mendapat penggusuran, mereka sama sekali tidak diberi solusi akan tinggal dimana kedepannya.
Penggusuran diwarnai kericuhan dan teriakan
Penertiban bangunan liar di Jalan Cimanuk Timur Indramayu berlangsung ricuh, Rabu (11/9/2019).
Warga yang tidak terima, bahkan melempari petugas Satpol PP dengan mengunakan batu bata bekas bangunan penggusuran.
Seorang warga korban penggusuran, Indah Herlina (47) mengatakan, pemerintah tidak memiliki hati nurani.
Lanjut dia, warga penggusuran meski tinggal di atas tanah negara, juga merupakan manusia yang harus diperhatikan nasibnya.
• Pemain Persib Bandung Sering Diganjar Kartu Kuning, Umuh Muhtar: Mulai Sekarang Harus Bayar Sendiri
"Kami mau tinggal di mana, punya hati nurani tidak sih," ujar dia kepada petugas.
Dirinya mengaku, sebelumnya memang pemerintah sudah melayangkan surat peringatan. Namun, mereka tidak memberi solusi bagaimana nasib warga ke depannya.
Lanjut Indah Herlina, minimal pemerintah menyediakan tempat warga untuk tinggal, bukan justru menelantarkannya.

Pantauan Tribuncirebon.com di lokasi, warga terlihat berkerumun. Mereka tampak marah dan menilai penggusuran tersebut tidak adil.
Mereka bahkan terdengar berteriak-teriak hingga menghalang-halangi petugas, dan penggusuran pun diberhentikan sementara sekitar pukul 12.20 WIB.
"Katanya hanya rumah bagian belakangnya saja, 12 meter dari sungai tapi kenapa sampai ke depan," ucap dia.
Kemarahan warga juga semakin memuncak karena petugas hanya mengeksekusi sebagian rumah dan tidak menyeluruh sepanjang Jembatan Pendopo hingga Jembatan Waiki.
"Periksa saja ada sertifikatnya atau tidak? Kenapa tidak dibongkar? Apa harus saya yang membongkar," teriak para warga korban penggusuran. (*)