Dampak Kemarau

Tubuh Ringkih Langkah Tertatih, Mak Wiwit Mengangkut Sendiri Ember dan Jeriken Air Bantuan Damkar

terpaksa ia harus berjalan sambil membawa ember yang sudah terisi penuh air, lantaran sangat membutuhkan untuk keperluan sehari-hari.

Editor: Machmud Mubarok
Tribun Jabar/Syarif Pulloh Anwari
Mak Wiwit Wicarti (70), warga Kampung Babakan Utama, RT1/13, Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, terpaksa harus mengangkut air bantuan Damkar pakai ember dan jeriken karena sumur sudah mengering, Sabtu (24/8/2019). 

Laporan Wartawan Tribun, Syarif Pulloh Anwari

TRIBUNCIREBON.COM, CIMAHI - Krisis air bersih akibat kemarau panjang dirasakan warga Kampung Babakan Utama, RT1/13, Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

Hal tersebut dirasakan Mak Wiwit Wicarti (70), yang menjelaskan bahwa krisis air di wilayahnya itu sudah terjadi sehabis lebaran Idul Fitri bulan lalu.

"Sudah empat bulan, sehabis beres lebaran, mulai terasa susah mendapatkan air bersih," ujar Emak Wiwit kepada Tribun Jabar di lokasi, Sabtu (24/8/2019).

Dari pantauan Tribun Jabar di lokasi, Mak Wiwit dan sejumlah warga lainnya di Kampung Babakan Utama mengantre ketikan bantuan air bersih dari Damkar Kota Cimahi dan BPBD Kota Cimahi tiba di lokasi.

Hubungan Intim 1 Menit Berujung Maut, Pemuda Ini Kesal, Bunuh Pacar karena Tolak Permintaan Nambah

Bekas Suami Bongkar Aib Barbie Kumalasari, Baru Kenalan Sudah Berani Mengajak Sekamar di Apartemen

Anggota TNI AD Tewas Kecelakaan, Mobilnya Tersambar Kereta Api, Padahal 31 Agustus 2019 Mau Menikah

Nampak berbagai ukuran jerigen dan ember dijejerkan, saat petugas mulai menyalurkan air bersih tersebut.

Mak Wiwit dan warga lainnya langsung menyodorkan satu per satu jeriken dan ember untuk diisikan air bersih tersebut.

Mak Wiwit yang sudah tak lagi muda, dengan rambutnya yang sudah memutih, mengangkat satu per satu ember dengan yang sudah penuhi air itu dan membawa ke rumahnya.

Dengan langkah tertatih-tatih dan kaki tanpa alas, Mak Wiwit pun masih tetap kuat mengangkat air tersebut.

Mak Wiwit mengaku terpaksa ia harus berjalan sambil membawa ember yang sudah terisi penuh air, lantaran sangat membutuhkan untuk keperluan sehari-hari.

"Butuh pisan air bersih, buat masak, buat nyuci, ini kan gratis lumayan, daripada beli, lumayan jadi hemat," ujar Mak Wiwit sambil tersenyum.

Mak Wiwit yang memiliki dua anak ini, mengaku setiap harinya, ia harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 15 ribu per jam untuk membeli air bersih kepada tetangganya tersebut.

"Jadi beli, per jam Rp 15 ribu," ujarnya.

Sementara itu, Siti Mariah (60) mengaku dampak dari kesulitan air bersih dirinya terpaksa harus mandi dua hari sekali.

"Ya gimana lagi air gak ada, terpaksa harus mandi pernah dua hari enggak mandi," ujar Siti.

Siti dan Mak Wiwit beserta warga lainnya sangat mengharapkan bantuan air bersih seperti ini, dikala musim kemarau tiba. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved