Satpam Tewas Digigit Ular Weling, Begini Penanganan Apabila Digigit Ular

jika terkena gigitan ular weling maka cepatlah minta bantuan pada orang lain untuk secepatnya ditangani tim medis.

Editor: Machmud Mubarok
pixabay via kompas.com
ular weling. 

TRIBUNCIREBON.COM - Satpam di Serpong tewas setelah digigit ular weling (Bungarus candidus).

Kasus ini adalah kejadian ke-40 kematian akibat gigitan ular pada tahun 2019.

Satpam mulanya berusaha menangkap ular weling atas laporan warga dengan modal sapu. Di tengah upaya menangkap, jari kelingking sang satpam tergigit.

Satpam tetap menangkap ular dan memainkannya.

Selang 30 menit, tepatnya pada Selasa (21/8/2019) pukul 19.30, Iskandar sang satpam mulai lemas.

Meski sempat dibawa ke rumah sakit, dia akhirnya meninggal.

Musliman, komandan sekuriti Cluster Michelia Gading Serpong, mengatakan bahwa Iskandar sempat mengisap darah dari bagian yang digigit ular. nMaun ternyata nyawanya tak tertolong.

Ular weling termasuk ular berbisa dan mematikan di dunia.

Sebagai informasi, ular weling penampakannya belang-belang.

Warnanya biasanya hitam putih, atau kuning putih.

Diolah Tribunjabar.id dari berbagai sumber, Jumat (23/8/2019), ular weling memang memiliki bisa ganas yang mematikan.

Jenis bisanya, yakni neurotoksin.

Bisa tersebut memang ganas sehingga bisa menyebabkan kematian.

Selain ular weling, ada sejumlah ular berbisa lain yang memiliki neurotoksin.

Mulai dari ular laut hingga ular king kobra.

Biasanya, ular weling kerap ada di kawasan pedesaan hingga perkotaan.

Ular berbisa itu kerap hidup di saluran air, semak-semak, hingga sawah, dan perkebunan.

Selain itu, ular itu pun kerap hidup di hutan, bukti, tanah yang berpasih, hingga bebatuan.

5 Artis Wanita Ini Tetap Cantik Tanpa Makeup, Ada yang Dibilang Kecantikannya Seperti Bidadari

Hubungan Seks 1 Menit Berujung Maut, Pemuda Ini Kesal, Bunuh Pacarnya karena Tolak Permintaan Nambah

Nah, untuk pengetahuan Anda, jika terkena gigitan ular weling maka cepatlah minta bantuan pada orang lain untuk secepatnya ditangani tim medis.

Jangan dibiarkan karena racun akan semakin menyebar.

Ini tak hanya berlaku untuk ular weling saja, tapi juga ular berbisa lainnya.

Jika sendirian tak ada orang lain, ada cara yang bisa dilakukan saat seseorang digigit ular berbisa

Jika kondisinya jauh dari bantuan medis dan sedang sendirian, cara tersebut bisa membuat korban bisa selamat.

Adapun cara mengatasi gigitan ular berbisa yakni korban tak boleh bergerak.

Hal ini disampaikan pakar gigitan ular dan toksikologi, Tri Maharani.

Dikutip Tribunjabar.id dari Kompas, Tri Maharani menjelaskan, jika berlari bisa ular justru akan menyebar ke seluruh tubuh.

Oleh karena itu, lebih baik posisi tubuh langsung dibaringkan.

Saat tubuh berbaring, bisa ular akan tetap berada di sekitar bagian tubuh yang digigit.

Artinya, bisa ular itu tak akan menyebar secara sistemik.

Posisi ini justru akan membuat metabolisme tubuh mengeluarkan sendiri racun dari tubuh.

Tri Maharani pun mengutip penjelasan dari buku panduan WHO.

Saat racun masih ada pada fase lokal, dalam dua sampai tiga hari racunnya sudah keluar.

"Kalau ada di fase lokal, (bisa) keluar dengan sendirinya. Minimal observasi 24-48 jam. Jadi, kalau tergigit dan hanya sendiri, enggak bisa ke mana-mana, dalam 2-3 hari sudah keluar (racunnya),” kata Tri Maharani.

Nah, agar memastikan racunnya sudah keluar, perlu diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan.

Jangan Diisap

Dokter dan ahli gigitan ular dari RS daha Husada Kediri, Jawa Timur, Tri Maharani mengatakan bahwa upaya mengisap darah dari bagian yang digigit ular weling adalah kesalahan besar. 

"Bisa ular weling tidak menyebar lewat darah meskipun saat digigit darah kita keluar. Bisa menyebar lewat getah bening," ungkap Tri.

Karenanya, Tri menegaskan bahwa upaya mengisap darah tidak akan mengeluarkan bisa ular yang telah masuk sedikit pun.

Dia mengungkapkan, keberhasilan penanganan gigitan ular yang beredar di media sosial hingga film dengan cara mengisap darah adalah mitos.

"Sama seperti ada orang yang bilang pakai bawang untuk obati gigitan ular, atau pakai micin untuk obati. Itu semua mitos," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (23/8/2019).

Ada perbedaan gejala dari setiap jenis racun dari bisa ular.

Pertama, gigitan ular king cobra, ular laut, dan ular weling menghasilkan racun neurotoksin.

Gejala yang timbul adalah rasa kantuk.

Mata akan sulit dibuka karena otot kelopak mata lumpuh, pita suara pun ikut lumpuh, dan sesak napas.

Kedua, ular tanah, ular hijau berekor merah, dan ular picung menghasilkan racun hemotoksin.

Gejalanya berupa pendarahan. Mulai dari mimisan, air mata darah, kencing darah, hingga kotoran darah.

Ketiga, ada pula racun sitotoksin yang gejalanya berupa pembengkakan di bagian tubuh yang terkena gigitan.

Mengutip dari Info Hewan, contoh ular mengandung racun sitotoksin ini adalah ular kobra India.

Keempat, gejala dari racun miotoksin yakni rasa nyeri para otot.

Mengutip dari Info Hewan, contoh ular beracun miotoksin adalah ‘bothrops moojeni’ atau dikenal Brazilian lancehead snake.

Nah, jika semua gejala itu berhenti, maka kondisi tubuh sudah mulai membaik.

“Kalau semua gejala itu tidak ada, berarti kondisinya sudah mengalami perbaikan. Kalau di rumah sakit sudah lebih enak, tapi kalau terpaksa sendirian di tengah hutan enggak bisa ke mana-mana," kata Tri Maharani.

Namun, perlu diingat penangangan diri sendiri ini bisa dilakukan saat racun masih bereda di daerah lokal gigitan, ya.

Jika, racun itu sudah menyebar secara sistemrik ke seluruh tubuh, hanya serum anti bisa ular yang bisa menolongnya.

“Kita, kan, banyak yang kerja di hutan, tambang, dan sawah. Jadi, korban gigitan ular enggak perlu mencari pertolongan tapi dia yang dicari sama penolongnya,” ujar Tri Maharani.

Pakar reptil dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy mengungkapkan, Iskandar sebenarnya memiliki kesempatan besar untuk sintas.

"Pertama karena kita tahu pasti jenis ular yang menggigit. Ular weling. Itu sudah ada antivenom-nya," ungkap Amir.

Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan gigitan ular adalah identifikasi jenis yang menggigit.

Pasalnya, kerap kali ular langsung lari setelah menggigit.

"Dalam kasus satpam itu, karena satpamnya juga sempat memegang ularnya, kita sudah tahu pasti. Jadi akan memudahkan penanganan sebenarnya," ungkapnya.

Kematian Iskandar merupakan cermin kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama korban gigitan ular.

Korban harusnya berusaha bergerak sesedikit mungkin alias diimobilisasi dan dibawa ke rumah sakit setelah mengalami gigitan.

Tindakan menangkap ular dan memainkannya turut berkontribusi pada kegagalan penanganan.

"Bisa dibayangkan gerakan sangat aktif saat menangkap dan memainkan ular. Itu mempercepat penyebaran bisa," kata Amir. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Ganasnya Ular Weling, Tewaskan Satpam Serpong, Gini Cara Atasi Gigitan Ular Berbisa agar Selamat, https://jabar.tribunnews.com/2019/08/23/ganasnya-ular-weling-tewaskan-satpam-serpong-gini-cara-atasi-gigitan-ular-berbisa-agar-selamat?page=all.
Penulis: Widia Lestari
Editor: Yongky Yulius

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved