Ternyata Najwa Shihab Menyimpan Kisah Sedih Hidupnya, Melahirkan Bayi Tapi Hanya Sempat Hidup 4 Jam
Dan sampai sekarangpun saya masih belajar. Setiap hari saya masih belajar untuk mengikhlaskan kepergian Namiya walaupun berat
Perlu Anda tahu bahwa air ketuban adalah cairan bening- kuning yang ditemukan dalam 12 hari pertama setelah konsepsi dalam kantung ketuban.
Ia mengelilingi bayi yang tumbuh di rahim.
Air ketuban memiliki banyak fungsi penting dan vital untuk perkembangan janin yang sehat.
Namun, jika jumlah air ketuban di dalam rahim terlalu sedikit atau terlalu besar, komplikasi dapat terjadi.
Sementara bayi berada di dalam rahim, ia berada di dalam kantung ketuban, kantong yang terdiri dari dua selaput, amnion, dan chorion.
Janin tumbuh dan berkembang di dalam kantung ini, yang dikelilingi oleh cairan ketuban.
Awalnya, cairan terdiri dari air yang diproduksi oleh ibu. Namun, sekitar usia kehamilan 20 minggu, ini sepenuhnya digantikan oleh urin janin, saat janin menelan dan mengeluarkan cairan.
Air ketuban juga mengandung komponen vital, seperti nutrisi, hormon, dan antibodi penangkal infeksi.
Melihat kompleksnya air ketuban, tak heran permasalahan ini sering terjadi pada ibu hamil.
Ironisnya, sebagian besar ibu hamil tidak menyadari kondisi ini. Padahal masalah kesehatan yang satu ini bisa mengancam nyawa sang janin.
• Manfaat Asam Jawa, Bisa Sembuhkan Diabetes, dan Ikuti Cara Keluarkan Gula Darah dalam Tubuh
Tanda-tanda air ketuban bocor
Ketika sedang hamil, ibu akan mengeluarkan banyak cairan dari area kewanitaannya.
Inilah yang membuat ibu kadang tidak bisa membedakan antara cairan yang merembes itu air ketuban atau urine.
Ingat, air ketuban berwarna bening hingga kekuningan. Jika dia merembes ke celana dalam, maka dia akan meninggalkan bintik putih. Dan air ketuban tidak bau.
Sementara urine memiliki bau khas.
Tanda terakhir adalah, air ketuban merembes terus-menerus dalam volume yang berbeda.
Bahaya air ketuban bocor
Air ketuban yang bocor akan membahayakan nyawa ibu dan si janin.
Jika terjadi pada trimester pertama dan kedua, janin bisa lahir prematur, mengalami masalah fisik saat lahir, keguguran, hingga kematian.
Sementara jika terjadi pada trimester ketiga, maka umumnya akan mengalami risiko kesulitan persalinan. (*)