Pamit Pergi Jadi TKW di Arab Saudi, Alis Juariah Menghilang Selama 21 Tahun Tanpa Kabar

Pamit Pergi Jadi TKW di Arab Saudi, Alis Juariah Menghilang Selama 21 Tahun Tanpa Kabar.

Tribun Jabar/Ferri Amiril
Pamit kerja ke Arab Saudi, Alis Juariah (46) Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kampung Muhara RT 01/10, Desa Haurwangi, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, sudah 21 tahun kabar tak ada kabar. 

TRIBUNCIREBON.COM, CIANJUR - Pamit kerja ke Arab Saudi, Alis Juariah (46) Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kampung Muhara RT 01/10, Desa Haurwangi, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, sudah 21 tahun kabar tak ada kabar.

Selpi Lusniawati (27), anak kandung dari TKW tersebut kebingungan, lantaran sejak tahun 1998 ibunya pamit dari rumahnya mau bekerja di Riyad Arab Saudi sebagai asisten rumah tangga.

"Saat itu saya masih SD sekitar umur 6 tahun," ujar Selpi ditemui di rumahnya.

Selpi mengatakan, ibunya berangkat melalui jasa tenaga kerja PT Avida Avia Duta yang ada di Jakarta. Tapi ia tak mengetahui awal siapa yang membawa dari rumahnya.

"Tidak tahu siapa sponsornya karena saat itu saya masih kecil," katanya.

Selesai Akad Nikah, Pasangan Pengantin Ini Tak Menikmati Malam Pertama, Istri Disetubuhi Pria Lain

Ia mengatakan, sekitar tahun 2004 pernah ada sepucuk surat yang dikirm ibunya dari Arab Saudi yang berisi memprihatinkan, sehingga minta pertolongan untuk pengurusan pemulangan ke tanah air.

"Dalam isi surat itu, ibu saya sering disiksa, disekap di wc bahkan pernah tangannya ditusuk pisau oleh majikan," ujarnya.

Setelah menerima surat tersebut, Selpi sempat meminta bantuan ke BNP2TKI untuk pemulangan ibunya. Tapi tidak membuahkan hasil. Ia menambahkan BNP2TKI seolah tak peduli dengan nasib ibunya.

"Makanya saya dan kelurga meminta kepada pak presiden Jokowidodo untuk memulangkan ibu saya dari Saudi, " katanya.

Ibu Ini Nekat Buang Bayinya & Tulis Pesan Pilu: Saya Takut Anak Saya Mau Dijual Atau Dibunuh Suami

Ketua DPC Astakira Pembaharuan Kabupaten Cianjur Ali Hildan mengatakan, pihaknya baru mengetahui setelah ramai di media sosial yang diposting di group TKI Saudi Arabia.

" Setelah medapatakan data PMI saya langsung menghubungi kepala desanya dan Alhmdulillah kami langsung mendatangi keluarga PMI tersebut, " ujar Ali.

Ali mengatakan, setelah didatangi pihak keluarga putri kandung dari PMI tersebut langsung membuat aduan ke Astakira untuk meminta bantuan atas kepulangan ibunya dari Saudi Arabia.

"Kami gerak cepat kemarin, sudah ada titik terang dengan cara melacak nomor majiakannya," katanya.

Menurutnya, ia belum bisa memastikan betul itu majikannya, tapi hasil obrolan nomor tersebut betul namanya Saed Aljhrani sesuai dengan pengakuan anak PMI.

Ajak Istri Orang ke Penginapan Lalu Membunuhnya, Bagus Putu Ternyata Incar Mobil Korban

"Sudah dua kali komunikasi dengan nomor yang diduga kuat nomor majikannya mudah-mudahan benar. Bahkan dia juga memastikan akan menelpon lagi dan bisa bicara langsung dengan PMInya," katanya.

Ali mengatakan, pihaknya meminta kepada instansi berkompeten khususnya Disnankertrans Cianjur, BP3TKI Jabar, BNP2TKI, PWNI dan BHI Kemlu, KBRI Riyadh secepatnya merospon pengurusan dan pelacakan Ibu Ali Juariyah bin E Rukma.

"Kami akan terus mendorong pihak intansi berkompeten agar Alis Jauriah secepatnya dipulangkan ke tanah air serta pemenuhan hak," katanya.(fam)

3 TKW asal Kabupaten Cirebon ini Alami Masalah di Arab Saudi

Beberapa bulan ini, tiga orang tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Cirebon mengalami sejumlah permasalahan saat bekerja di Arab Saudi, mulai dari hilang kontak dengan keluarga, hingga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari majikannya di negara tersebut.

Dikutip dari tribuncirebon.com, dari ketiga TKW tersebut, yang berhasil dihubungi dan kembali pulang adalah Turini (51), warga Kampung Truag, Desa Dawuan, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon

Sedangkan, dua orang lainnya yakni, Carmi (48) Blok Kalibangka, Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan dan Fitriyah (36), asal Blok Desa, Desa Lungbenda, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, hilang kontak dan belum diketahui keberadaannya.

Nekad Turunkan Pemain Muda & Kalah 0-4 Lawan Manchester United, Lampard Kena Krtitik Mourinho

Berikut adalah rangkuman cerita, tiga orang TKW asal Kabupaten Cirebon selama sepekan terakhir ini;

1. Turini
Turini berangkat dengan sejumlah tenaga kerja lainnya pada 24 Oktober 1998 dan diberangkatkan oleh salah satu perusahaan yang diakui oleh Turini telah gulung tikar, empat tahun setelah ia diberangkatkan.

Bekerja di keluarga Aun Niyaf Alotibi di Dawadmi Wudak, Arab Saudi, Turini menjadi asisten rumah tangga tersebut yang mengurusi berbagai kegiatan, mulai dari mencuci, masak, dan membersihkan seluruh sudut rumah.

Turini
Turini (Tribuncirebon.com/Hakim Baihaqi)

Nahasnya, selama 21 tahun bekerja di keluarga tersebut, Turini mengaku tidak mendapatkan perlakuan menyenangkan dari majikannya itu, mulai dari tidak beri gaji layak, proses pembuatan paspor, hingga menerima kekerasan verbal dari anggota keluarga Aun Niyaf Alotibi.

Turini menuturkan, pada saat kontrak awal dengan perusahaan penyalur tenaga kerja itu, ia hanya dijanjikan bekerja selama dua tahun, kemudian setelah dua tahun meminta untuk pulang namun tidak diizinkan.

"Saya bingung, mau pulang tapi tidak tahu jalan. Kampung di sana sangat sepi, majikan saya sangat kejam," kata Turini saat ditemui di Kantor Bupati Cirebon, Jalan Sunan Kalijaga, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Senin (21/7/2019).

Pada saat bekerja di keluarga tersebut, Turini mengaku pernah menuntut bayaran jasanya sebagai asisten rumah tangga, namun malah mendapatkan caci maki, meskipun belum pernah disiksa fisik.

Turini mengatakan, selama bekerja di Arab Saudi, ia sama sekali tidak pernah melakukan komunikasi baik melalui telepon atau pun surat dengan keluarganya di Kabupaten Cirebon.

Mau Nyate Hari Ini? Nih Kumpulan Resep Sate Kambing dan Bumbu yang Mudah & Praktis Dibuat

"Saya pasrah, sudah berpikiran bakal mati di sana. Tidak manusiawi, kerja dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam," katanya.

Kabar hilangnya Turini, diketahui muncul sejak pertengahan 2014, tanda-tanda keberadaan Turini muncul pada Maret 2019 dan langsung ditelusuri oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Arab Saudi.

2. Fitriyah

Berangkat pada Desember 2006, Fitriyah diberangkatakan oleh perusahaan jasa penyalur tenaga kerja untuk ke luar negeri yang berada di Jakarta, yakni PT Safika Jaya Utama

Kedua orangtua Fitriyah, Marka (58) dan Sunia (54), saat ini hanya bisa memandangi lembar foto Fitriyah, anak ketiga dari empat bersaudara itu, anaknya tersebut terakhir berkomunikasi saat berangkat pada 2006.

Marka mengatakan, satu tahun setelah bekerja di Jeddah, Fitriyah sempat mengirimkan uang gaji tersebut kepada, namun tidak mampu berkomunikasi, karena pada saat itu yang menyampaikan adalah majikannya, yakni Mahmud Ibad Althuwairiqi.

Idul Adha Pertama Tanpa Suami, Istri Agung Hercules: Aku Cinta Kamu, Tapi Allah Lebih Cinta Kamu

"Yang telepon majikannya, tetapi sampai sekarang sulit," kata Marka di Blok Desa, Kecamatan Palimanan, Kamis (25/7/2019).

TKW Fitriyah (36), asal Kampung Lungbenda, Blok Desa, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, selama 13 tahun hilang kontak dengan keluarga setelah 13 tahun bekerja di Jeddah, Arab Saudi.
TKW Fitriyah (36), asal Kampung Lungbenda, Blok Desa, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, selama 13 tahun hilang kontak dengan keluarga setelah 13 tahun bekerja di Jeddah, Arab Saudi. (ISTIMEWA)

Perginya Fitriyah ke luar negeri, kata Marka, adalah kemauannya sendiri, lantaran Fitriyah ingin membahagiakan kedua orangtuanya dengan cara menjadi TKW, dengan harapan mendapatkan banyak pundi-pundi rupiah.

"Fitriya berangkat menjadi TKW setelah lima bulan lulus dari sekolah menengah atas (SMA)," katanya.

Ibu Fitriyah, Sunia, mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak keluarga untuk mencoba berkomunikasi dengan Fitriyah, namun sampai saat ini tidak pernah membuahkan hasil.

Sunia berharap, adanya perhatian dari pemerintah, sehingga Fitriyah dapat kembali pulang dan berkumpul dengan keluarga di Blok Desa, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon.

"Pemerintah dapat mendengar dan ikut mencari anak saya di luar negeri," katanya.

3. Carmi

Ilyas (85), ayah kandung Carmi, selama puluhan tahun ini hanya mampu memandangi secarik kertas berupa salinan dokumen yang berisikan, identitas putrinya tersebut saat pemberkasan untuk bekerja di Arab Saudi.

Ia pun bercerita, Carmi berangkat ke Arab Saudi dibantu oleh salah satu orang di Desa Rawaurip, juga melalui jasa pemberangkatan tenaga kerja untuk keluar negeri, yakni PT Umah Sejati Alwidah Jaya Sentosa, namun sayangnya, perusahaan tersebut sudah sejak lama tutup.

Ilyas (85) dan Warniah (75), menangisi Carmi, putri pertamanya yang menjadi TKW dan juga belum kunjung pulang kampung setelah 31 tahun menjadi buruh migran. Keduanya serta sanak keluarga memohon pada pemerintah membantu dan memulangkan Carmi.
Ilyas (85) dan Warniah (75), menangisi Carmi, putri pertamanya yang menjadi TKW dan juga belum kunjung pulang kampung setelah 31 tahun menjadi buruh migran. Keduanya serta sanak keluarga memohon pada pemerintah membantu dan memulangkan Carmi. (KOMPAS.com)

Lahir pada 4 Mei 1971 di Kabupaten Cirebon, Carmi berangkat setahun setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) pada tahun 1987 dan pada 1988, Carmi meminta izin kepada ayahnya untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga dengan cara menjadi TKW.

"Waktu daftar, anak saya belum punya KTP. Yang ngurusnya juga sponsor, tapi udah meninggal," kata Ilyas dirumahnya pada Minggu siang (28/7/2019).

Ditahun 1991 atau tiga tahun setelah pemberangkatannya, Ilyas mendapatkan kabar dari Carmi melalui surat, namun ditahun-tahun selanjutnya kabar dari Carmi sama sekali tidak diketahui oleh pihak keluarga.

Pada tahun 1995, Ilyas pun mendatangi kantor PT Umah Sejati Alwidah di Jakarta, untuk mengetahui keberadaan anaknya tersebut, dalam waktu singkat itu Ilyas pun berhasil berkomunikasi dengan Carmi.

Ilyas mengatakan, Carmi yang merupakan anak pertama dari 10 bersaudara itu, bekerja rumah pasangan suami istri Suud bin Hudaiban dan Habibah, di Riyadh, Arab Saudi, sebagai asisten rumah tangga (ART).

"Sampai sekarang belum ada lagi kabar," kata Ilyas.

Carmi, TKW Asal Cirebon Sudah 31 Tahun Hilang di Arab, Sang Ayah: Tulung Pemerintah, Minta Dibantu

Berbagai cara dilakukan oleh Ilyas sekeluarga untuk memulangkan Carmi, mulai dari mengadu ke perusahaan yang memberangkatkan anaknya itu, pemerintah desa, hingga lembaga perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Ilyas mengatakan, ia pernah ditawari oleh salah satu orang yang mengaku memiliki cara untuk memulangkan TKW yang tak kunjung pulang, namun setelah mengeluarkan banyak uang, Carmi tetap saja tidak kunjung pulang.

"Sudah habis harta, benda, demi anak. Tapi saya yakin anak saya masih hidup," kata Ilyas.

Ibu kandung Carmi, Warniah (75), hanya bisa berharap, anak sulungnya tersebut dapat kembali pulang ke kampung halaman, karena berbagai cara telah dilakukan namun tidak membuahkan hasil.

Sembilan adik kandung Carmi, kata Warniah, sebagiannya telah menikah dan memiliki anak bahkan cucu. Ia pun yakin Carmi pun telah menikah serta dalam kondisi sehat di Arab Saudi.

"Saya berharap anak saya bisa pulang, itu saja," katanya. (Tribun Jabar/Tribuncirebon.com)

Sumber: BolaSport.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved