Iduladha 1440H
Hari Ini Hari Arafah, Perbanyaklah Berdoa karena Inilah Waktu yang Mustajab, Ini Doa yang Dianjurkan
Para ulama bersepakat, bila wukuf pada 9 Dzulhijah tersebut ditinggalkan, haji seseorang dianggap tidak sah
TRIBUNCIREBON.COM - Tanggal 9 Dzulhijah 1440 H yang bertepatan dengan hari Sabtu (10/8/2019) ini merupakan hari Arafah dalam rangkaian ibadah haji.
Umat Islam yang sedang berhaji seluruhnya berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf. Wukuf inilah yang menjadi puncak haji.
Para ulama bersepakat, bila wukuf pada 9 Dzulhijah tersebut ditinggalkan, haji seseorang dianggap tidak sah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, “Haji itu adalah wukuf di Arafah.” (HR Nasai dan Tirmidzi).
Hadis lain yang senada:
قال النبى صلى الله عليه وسلم : الحج عرفة ،فمن أدرك عرفة فقد أدرك الحج
" Haji itu intinya wukuf di Arafah,barang siapa yg menjumpai wukuf di Arafah ,maka ia menjumpai haji"
Waktu wukuf :
1. Di mulai dari tergelincirnya matahari tgl 9 Dzulhijjah ,hingga terbit fajar hari nahr ( tgl 10 Dzulhijjah ).
Ini pendapat imam Malik ,Abu Hanifah ,Syafi'i ,termasuk pendapat yg di pilih oleh Ibnu taimiyyah .
2. Dari terbit fajar hari Arafah,hingga terbit fajar hari nahr.
Ini pendapat imam Ahmad .

Kadar lama :
Menurut Hanafiyah dan Hanabilah :
Wukuf itu harus menggabungkan siang dan malam.
Jadi jika seseorang wukuf di Arafah siang hari,maka dia harus menetap melanjutkan sampai terbenam matahari,dan jika bertolak sebelum terbenam,dia di kenai dam. hajinya Shah, sebaliknya jika dia wukuf di malam harinya doang tanpa siang ,hajinya Shah ,tetapi tidak kena dam.
Menurut Malikiyyah :
Waktu wukuf juga sama,harus menggabungkan siang dan malam.
Jadi seandainya dia wukuf di siang hari doang ,dan tidak wukuf di malam hari,maka hajinya tidak Shah,sebaliknya jika dia wukuf di malam harinya doang,tidak di siang hari,dia di kenai dam.
Sementara menurut Syafi'iyah :
Menggabungkan siang dg malam itu hukumnya Sunnah.
Jadi seandainya dia wukuf di siang hari,lalu bertolak ke Muzdalifah sebelum terbenam,dia tidak kena dam.
Demikian juga jika dia wukuf di malam harinya doang tanpa siang, wukufnya di anggap "tam" ( sempurna ),tanpa membayar dam.
Dalam keadaan bagaimanapun seseorang sudah berada di Arafah,sudah di anggap cukup,baik.dg berdiri,duduk,berkendara,di safarikan,tidur atau jaga,bahkan tahu atau tidak tahu jika ini Arafah,semuanya tetap Shah.
Amalan Sunah
Ada banyak amalan sunah yang di anjurkan selama wukuf, seperti pelaksanaan khutbah dan memperbanyak doa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah” (HR Tirmidzi no 3585).
Dikutip dari rumaysho.com, doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah bacaan terbaik yang dibaca para nabi pada senja Arafah: LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN QODIIR.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu secara marfu’—sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam—, disebutkan hadits,
أَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَ النَّبِيُّوْنَ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ ، وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
“Kalimat utama yang aku dan para nabi ucapkan pada senja hari Arafah adalah: LAA ILAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN QODIIR (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu).” (HR. Ath-Thabrani dalam Fadhl ‘Ashri Dzil Hijjah, 2:13, dari Qais bin Ar-Rabi’, dari Al-Agharr bin Ash-Shabah, dari Khalifah bin Hushain, dari ‘Ali secara marfu’, Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1503, 4:7).
Bertakbir sejak Shubuh hari Arafah hingga hari tasyrik terakhir setiap bakda shalat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “
غَدَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ مِنًى إِلَى عَرَفَاتٍ مِنَّا الْمُلَبِّى وَمِنَّا الْمُكَبِّرُ
“Kami pagi-pagi bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mina menuju Arafah, di antara kami ada yang bertalbiyah dan di antara kami ada yang bertakbir.” (HR. Muslim, no. 1284)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
أَصَحُّ الْأَقْوَالِ فِي التَّكْبِيرِ الَّذِي عَلَيْهِ جُمْهُورُ السَّلَفِ وَالْفُقَهَاءِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَالْأَئِمَّةِ : أَنْ يُكَبِّرَ مِنْ فَجْرِ يَوْمِ عَرَفَةَ إلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ عَقِبَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Pendapat yang paling tepat dalam waktu bertakbir yang dipegang oleh jumhur salaf dan fuqoha dari kalangan sahabat dan ulama madzhab, adalah dari waktu fajar pada hari Arafah hingga hari tasyrik terakhir setiap bakda shalat.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 24:220). (*)