Gunung Tangkuban Perahu Erupsi
Pascaerupsi Gunung Tangkuban Perahu, Gempa Tremor Terus Terjadi dan Gas Vulkanik Mengancam
Abu berwarna kelabu yang ikut meluncur saat erupsi, katanya, adalah dinding kawah yang tergerus erupsi dan ikut meluncur ke udara bersama gas
Laporan Wartawan Tribun, M Syarif Abdussalam
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan kondisi Gunung Tangkubanparahu masih belum stabil karena gempa tremor masih terus terjadi sejak erupsinya pada Jumat (26/7) pukul 15.48, sampai Sabtu (27/7) pagi.
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat pada PVMBG, Dr Nia Haerani, mengatakan walaupun masih terjadi gempa tremor, skalanya sudah terus mengecil. Pada Sabtu pagi ini pun, katanya, sudah tidak ada erupsi, melainkan hanya hembusan gas dan air yang menghasilkan asap putih dari Kawah Ratu.
"Material yang dikeluarkan sudah berbentuk gas dan air, dan kami berharap terus seperti ini, seperti saat pemantauan terakhir pada 09.06. Sudah tidak ada lagi erupsi, berbeda dengan saat (6 Oktober) 2013 yang erupsi terus," kata Nia di Kantor PVMBG di Kota Bandung, Sabtu (27/7).
• Mbah Surono Tak Takut Letusan Gunung Tangkubanparahu, Justru Hal Ini Yang Dikhawatirkannya
• VIDEO Detik-detik Gunung Tangkuban Parahu Meletus, Warga Ketakutan, Terdengar Kalimat Allahu Akbar
Nia mengatakan erupsi pada Jumat sore tersebut bersifat freatik, yakni yang disebabkan aktivitas geothermal. Abu berwarna kelabu yang ikut meluncur saat erupsi, katanya, adalah dinding kawah yang tergerus erupsi dan ikut meluncur ke udara bersama gas dan air.
Sudah diperingatkan sejak 24 Juli
Kepala Bagian Tata Usaha PVMBG, Gede Suantika, mengatakan secara visual, aktivitas permukaan Gunung Tangkubanparahu selama sebulan terakhir didominasi oleh hembusan asap dari kawah utama atau Kawah Ratu dengan ketinggian sekitar 15-150 meter dari dasar kawah, bertekanan lemah hingga sedang dengan warna putih dan intensitas tipis hingga tebal.
Erupsi terjadi pada 26 Juli 2019 pukul 15:48:18 WIB dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 200 m di atas puncak atau 2.284 m di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwana abu tebal kehitaman condong ke arah timurlaut dan selatan. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm (overscale) dan durasi 5 menit 30 detik.
"Secara seismik, aktivitas Gunung Tangkubanparahu masih didominasi oleh gempa-gempa yang mencerminkan aktivitas di kedalaman dangkal berupa gempa hembusan. Setelah erupsi terjadi, rekaman seismik didominasi oleh Tremor menerus dengan amplitudo maksimum 2-32 mm, dominan 15 mm. Terekamnya Tremor ini berkaitan dengan pelepasan tekanan berupa hembusan-hembusan yang terjadi sampai saat ini," katanya.
• Hari Ini 23 Tahun yang Lalu, Pecah Peristiwa Kudatuli, Gedung-gedung di Jalan Salemba Dibakar
Secara deformasi, dalam sebulan terakhir, katanya, Gunung Tangkubanparahu mengalami inflasi kecil bersifat lokal. Data deformasi masih mengindikasikan aktivitas Gunung Tangkubanparahu masih belum stabil.
Secara geokimia gas, di area sekitar Kawah Ratu menunjukkan telah terjadi peningkatan kandungan gas vulkanik H2S dan S02 pada 10 Juli 2019. Kandungan gas vulkanik semakin meningkat pada tanggal 13 Juli 2019. namun hasil pengukuran konsentrasi gas-gas tersebut, setelah pukul 12:00 WIB sudah cenderung menurun lagi secara cukup signifikan. Pengukuran gas terakhir tanggal 21 Juli 2019 menunjukkan konsentrasi gas masih berfluktuasi dan cenderung menurun.
"Pada 24 Juli 2019 kemarin kami sudah mengirim surat evaluasi ke BPNP, Gubernur Jabar, Pemerintah Kabupaten Subang, dan Bandung Barat, yang isinya potensi adanya erupsi sangat besar," kata Gede.
Ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi saat ini berupa hembusan gas vulkanik dengan konsentrasi berfluktuasi di sekitar Kawah Ratu yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa pengunjung, pedagang, masyarakat sekitar, bila kecenderungan konsentrasi gas-gas vulkanik tetap tinggi serta erupsi freatik dan hujan abu di sekitar kawah berpotensi terjadi tanpa ada gejala vulkanik yang jelas.
PVMBG pun menyatakan tingkat aktivitas Gunung Tangkubanparahu masih Level 1 (Normal), tetapi evaluasi secara menerus tetap dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan tingkat ancamannya.
PVMBG pun meminta masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pedagang, wisatawan, dan pendaki tidak unruk tidak mendekati Kawah Ratu dan Kawah Upas dengan radius 500 meter, serta tidak diperbolehkan menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkubanparahu.
Masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkubanparahu agar mewaspadai meningkatnya konsentrasi gas gas vulkanik dan dihimbau tidak berlama-lama berada di bibir kawah aktif Gunung Tangkubanparahu agar terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.
"Masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu diharap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang letusan Gunubg Tangkubanparahu, tetap memperhatikan perkembangan kegiatan Gunung Tangkubanparahu yang dikeluarkan oleh BPBD setempat dan selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat. (Sam)
Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat pada PVMBG, Dr Nia Haerani, memperlihatkan aktivitas Gunung Tangkubanparahu, Sabtu (27/7) pukul 09.06. Walaupun masih terjadi gempa tremor, skalanya sudah terus mengecil, sudah tidak ada erupsi, melainkan hanya hembusan gas dan air yang menghasilkan asap putih dari Kawah Ratu.