Gunung Tangkubanparahu Meletus

Mbah Surono Tak Takut Letusan Gunung Tangkubanparahu, Justru Hal Ini Yang Dikhawatirkannya

Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung. Dia mengingatkan agar masyarakat untuk selalu menyiapkan mitigasi

Editor: Machmud Mubarok
The Jakarta Post/Arya Dipa
Sejumlah wisatawan mengabadikan momen liburan mereka dengan latar Kawah Ratu, Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (27/6). Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu bisa menarik sedikitnya tujuh ribu pengunjung setiap harinya saat libur panjang seperti Idul Fitri 1438 Hijriah ini. 

TRIBUNCIREBON.COM - Gunung Tangkuban Parahu erupsi pada Jumat (26/07/2019). Letusan gunung yang terletak di Jawa Barat itu terjadi pukul 15.48 WIB. Erupsi tadi sore itu seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat.

Meski begitu ahli vulkanologi Surono mencatat sejumlah hal lain.

"Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap Surono melalui sambungan telepon.

"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuh Surono yang sering juga disapa Mbah Surono.

TWA Tangkubanparahu Ditutup, Putra Kaban: Yang Menentukan Saya, Jika Normal Kami Buka

Menurutnya, tanda-tanda inilah yang membuat gunung api dipantau. Badan yang bertanggung jawab atas gunung api akan memantau dan mengamati bagaimana perilaku gunung agar bisa menentukan aktivitas yang terjadi.

"Terakhir saya tangani 2013. Itu nggak normal juga," ujar Surono.

"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ. Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.

Baginya, tanda-tanda letusan gunung itu seperti awan yang terlihat mendung. Dia mengingatkan agar masyarakat untuk selalu menyiapkan mitigasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Lebih baik membawa payung meski tidak terjadi hujan, daripada tidak membawa payung begitu kehujanan menyalahkan orang tua atau teman tidak mengingatkan," paparnya masih menggunakan analogi mendung dan hujan.

"Jadi, setiap gunung akan meletus, pasti ada tanda-tandanya. Mau jelas atau nggak jelas. Karena itu ada ahlinya untuk menjelaskan yang tidak jelas," tegas Surono.

Catatan bagi Wisata di Tangkubanparahu

Surono juga menyoroti bagaimana Tangkuban Parahu menjadi destinasi wisata andalan di Jawa Barat, bahkan di Indonesia.

Dia menyayangkan, meski menjadi wisata andalan tapi mitigasi di gunung tersebut belum menjadi prioritas.

"Tangkuban Perahu ini menjadi tujuan wisata andalan bagi Jawa Barat, bagi Indonesia juga. Ini harus ada jaminan mitigasi berjalan dengan baik," tutur Surono.

"Sebetulnya saya tidak takut, dari yang saya alami, paling hanya letusan-letusan freatik atau yang sifatnya dominan uap air," sambungnya.

VIDEO Detik-detik Gunung Tangkuban Parahu Meletus, Warga Ketakutan, Terdengar Kalimat Allahu Akbar

Meski begitu, letusan freatik pun masih bisa membahayakan orang di sekitarnya. "Orang tidak akan mati terkena letusan freatik, kecuali kalau dekat sekali," kata Surono.

"Namun demikian, wisata untuk Tangkuban Perahu itu terlalu dekat dengan titik letusan, kawah ratu," imbuhnya menyayangkan.

Bukan perkara letusannya yang dikhawatirkan Surono akan membahayakan para wisatawan, melainkan kepanikan orang saat erupsi itu sendiri.

"Andai ada letusan lalu terjadi kepanikan, orang bisa celaka bukan karena letusan gunung apinya tapi karena kepanikan itu sendiri," ujar Surono.

"Sekarang orang lari tidak pakai kaki lagi, tapi mesin. Entah itu motor, mobil, dan sebagainya," tambahnya.

Kepanikan dapat meicu orang ingin segera turun menggunakan moda tercepat. Ketika itu terjadi, hal paling buruk adalah masalah kecelakaan. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran Surono terhadap erupsi mendadak Tangkuban Parahu.

"Sekarang yang bisa dipertanyakan, berapa jumlah pengelola wisata dan berapa jumlah pengunjung yang diperbolehkan," kata Surono. "Jadi, ini rasio jumlah pengunjung atau wisatawan yang harus diperhitungkan dengan letusan yang tiba-tiba seperti hari ini," tegasnya.

Imbauan Pemerintah

Pemerintah telah menutup Kawasan Wisata Gunung Tangkubanparahu pascaerupsi pada Jumat (26/7/2019), pukul 15.48 WIB. Berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), jatuhan abu vulkanik mencapai radius dua kilometer.

Plh. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, menyatakan distribusi abu ini teramati Di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat mendapatkan informasi bahwa abu mengarah ke Kecamatan Cisarua.

Pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu, katanya, Badan Geologi mengeluakan peringatan bahaya bagi pesawat yang melintas di sekitar wilayah gunung atau Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA).

"Notifikasi VONA berwarna oranye mengindikasikan lontaran abu masih berada di bawah 1.000 kaki. Level ini dapat membahayakan penerbangan. VONA juga menyebutkan distribusi abu vulkanik mengarah ke timur laut dan selatan," kata Agus.

Terkait dengan fenomena erupsi ini, PVMBG sedang mengevaluasi status Gunung Tangkubanparahu yang berada pada level I (Normal). Pada status ini, PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pengunjung, wisatawan, dan pendaki, tidak diperbolehkan turun mendekati dasar kawah Ratu dan Kawah Upas.

Mereka pun tidak boleh menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Gunung Tangkubanparahu, serta ketika cuaca mendung dan hujan disebabkan terdapatnya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan kehidupan manusia.

"Masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkuban Parahu agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas," katanya.

Sebelumnya PVMBG melaporkan bahwa Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di perbatasan antara Bandung Barat dan Subang mengalami erupsi pada Jumat (26/7), pukul 15:48:18 WIB.

Asap tebal warna kelabu tebal dan abu mengarah ke Timur, Utara, dan Selatan. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 38 mm dan durasi 5 menit 30 detik.

"Masyarakat di sekitar gunung untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh isu-isu yang tidak benar, serta memonitor peringatan maupun informasi dari pemerintah daerah atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat," katanya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tangkuban Parahu Meletus Tiba-Tiba, Ini Catatan dari Ahli", https://sains.kompas.com/read/2019/07/26/183528323/tangkuban-parahu-meletus-tiba-tiba-ini-catatan-dari-ahli?page=all.
Penulis : Resa Eka Ayu Sartika
Editor : Resa Eka Ayu Sartika

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved