Sejumlah Sopir & Pelaku Usaha di Bandara Husein Menjerit Dampak Pengalihan Rute Penerbangan ke BIJB

Sejak pemindahan rute pesawat tujuan domestik dari Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, ke Bandara Kertajati

Tribun Jabar/Cipta Permana
Dampak kebijakan pemindahan rute pesawat tujuan domestik dari Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, ke Bandara Kertajati di Majalengka, mulai kuluhkan oleh para pengemudi jasa layanan transportasi taksi konvensional dan berbasis aplikasi, sebab sepinya penumpang di Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, Senin (8/7/2019) 

TRIBUNCIREBON.COM - Sejak pemindahan rute pesawat tujuan domestik dari Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung, ke Bandara Kertajati di Majalengka seminggu lalu, dampak negatif kebijakan tersebut, mulai dikeluhkan oleh para pengemudi jasa layanan transportasi taksi konvensional dan berbasis aplikasi di sekitar kawasan Bandara Husein.

Galif Supriyadi (51) salah seorang pengemudi taksi konvensional Bandara Husein Sastranegara, mengatakan dampak yang dirasakan dengan adanya peralihan rute ini, membuat pendapatannya menurun hingga 180 derajat dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

"Parah banget dampak dari adanya pemindahan ini (rute penerbangan), jadi 180 derajat pendapatan di sini hilang," ujarnya saat ditemui Tribun Jabar di sekitar Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Senin (8/7/2019).

Menurutnya, sebelum ada perpindahan, dalam sehari pihaknya mampu mendapatkan jasa antarpenumpang sebanyak 4-5 kali. Namun saat ini, jika beruntung maksimal satu hingga dua kali, bahkan ia kerap kali tidak mendapat order selama sehari penuh.

"Sampai sekarang jam 12.00 (siang) saya satu pun belum dapat penumpang, dan kondisi ini bukan cuma dirasakan oleh saya, tapi juga sopir-sopir taksi konvensional lainnya," ucapnya.

Galif menuturkan, berdasarkan kabar yang diterimanya pihak pengelola parkir pun akan melakukan pemangkasan jumlah karyawan secara massal, karena tidak mampu memenuhi pengeluaran operasional dengan kondisi seperti ini.

Kunjungi BIJB Kertajati, Budi Karya Sempat Tanya Penumpang Asal Tegal: Dia Gembira, Katanya Dekat

Daftar Maskapai dan Rute Penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara Bandung, 1 Juli 2019

BIJB Klaim Keterisian Penumpang di Bandara Kertajati Lebih dari 50 Persen

Dia berharap para pemangku kebijakan dapat memiliki solusi terhadap kondisi ini, yang seolah 'membunuh' secara perlahan mata pencaharian para pencari nafkah di sekitar Bandara Husein Sastanegara Bandung.

"Ya kami berharap adanya solusi nyata bagi situasi ini dari pemerintah, karena untuk memaksakan kembalinya maskapai dari Kertajati ke sini juga kan tidak mungkin," ujar Galif yang telah bekerja menjadi sopir selama tujuh tahun.

Keresahan terhadap kondisi ini pun dirasakan oleh sopir taksi lainnya, yang sekaligus Ketua Gabungan Pengemudi taksi Bandung, Asep Afandi (40), menurutnya dampak dari kebijakan pengalihan rute pesawat domestik di Badara Husein Sastranegara bukan saja terasa kepada ratusan sopir taksi, tetapi juga
para pelaku usaha kuliner, para penjual oleh-oleh di sekitar bandara, karena berkurangnya jumlah kedatangan penumpang pesawat.

Asep menambahkan, pihaknya mengaku bingung dengan kondisi seperti ini, sebab dirinya diwajibkan untuk membayar setoran sebesar Rp 200 ribu kepada pihak pemilik taksi setiap harinya. Akan tetapi pada kenyataannya untuk mendapatkan penghasilan sebesar itu pun sejauh ini sengatlah sulit.

"Kalau sekarang jangankan dapat Rp 200 ribu, bisa dapat Rp150 ribu juga sopir tidak ada yang sanggup," ujarnya di lokasi yang sama.

Di sisi lain, para pelaku usaha di sekitar Bandara Husein Sastranegara pun menjerit, lantaran harus terus merugi setiap harinya, karena sepinya pembeli sejak diberlakukannya aturan peralihan rute penerbangan domestik tersebut.

Lia (24) salah seorang pramusaji di Kantin Mawar mengaku, penurunan pendapatan terjadi setiap harinya. Sebelumnya, dia mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp 3 juta per hari, namun kini untuk menyentuh angka Rp 1 Juta per hari pun sangatlah sulit.

"Biar kami tidak terlalu merugi, paling menyiasatinya dengan mengurangi jumlah stok belanja penyediaan bahan makanan. Karena kalau banyak juga khawatir busuk dan kami tambah rugi," ujarnya saat ditemui di sela kegiatannya di Bandara Husein Sastranegara.

Hal senada juga disampaikan oleh, Eva Yuliana (30) salah seorang pramusaji dan kasir di Cafe Hardo n Galev. Menurutnya jumlah pembeli terus menurun setiap hari, menyebabkan pendapatannya yang semula mampu meraih Rp 3 - 4 Juta per hari, kini menurun 50 persen, menjadi Rp 1 - 1,5 Juta per hari.

"Ya seperti yang bisa mas liat, pembeli di sini sepi, biasanya jam makan siang seperti ini, semua kursi penuh, tapi ini dari pagi sampai sekarang sepi, apalagi kalau malam," ujarnya. 

Ia berharap agar kondisi ini tidak terus berlarut, dan adanya solusi dari pihak pemerintah. Sehingga para pelaku usaha seperti dirinya tidak terlalu tertekan dengan situasi yang terus merugi seperti ini. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved