6 Fakta Korban Kecelakaan Perlintasan KM 143+1, Sang Anak Sempat Bertanya Hidup Dengan Siapa
H. Tasdan (47) menjadi salah satu korban dari kedelapan korban kecelakaan maut di perlintasan kereta api di KM 143+1
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Muhamad Nandri Prilatama
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - H. Tasdan (47) menjadi salah satu korban dari kedelapan korban kecelakaan maut di perlintasan kereta api di KM 143+1 Desa Jayamulya Blok Cipedang Jubleg, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu.
Kecelakaan itu melibatkan Kereta Api (KA) Jaya Baya jurusan Pasar Senen-Malang dengan satu unit minibus jenis Daihatsu Terios hitam bernopol E 1826 RA, Sabtu (29/6/2019) sore sekitar pukul 15.15 WIB.
Dirinya meninggal beserta seluruh anggota keluarganya dalam kecelakaan nahas tersebut. Berikut enam fakta terbaru dari korban tewas yang berjumlah delapan orang di perlintasan kereta api di KM 143+1 Desa Jayamulya:
1. Korban Merupakan Kepala KUA Kecamatan Patrol dan Ketua KUA Termuda di Kabupaten Indramayu
Kapolres Indramayu, AKBP M. Yoris M.Y Marzuki, mengatakan, salah satu dari kedelapan korban kecelakaan itu adalah Kepala KUA Kecamatan Patrol H.Tasdan dan istrinya Dian Kusprihatini warga Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang.
Diceritakan dia, saat kejadian Kepala KUA Kecamatan Patrol beserta istri menjemput keluarganya yang berada di Blok Sarimulya, Desa Temiyangsari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu pada siang harinya.
Saat sampai di perlintasan tanpa palang pintu itu korban memaksakan diri untuk melewat padahal KA sudah dekat dan kecelakaan pun tak terelakkan.
Sementara itu, sepupu korban, Ratnadi mengatakan, kepergian korban menjadi duka terdalam bagi kerabat yang ditinggalkan.
Salah satunya yaitu adik kandung H. Tasdan, Hj. Suminah, diceritakan Kepala Desa Renjeng, Hj. Suminah berkali-kali pingsan, setelah bangun justru menangis dan tidak lama pingsan kembali.
• 6 Fakta Kecelakaan Maut KA Vs Mobil di Indramayu, Nomor Dua Bikin Heran
• Begini Kronologi Wanita Pembawa Anjing ke Masjid yang Viral Menurut DKM Al Munawaroh
"H.Tasdan ini dihormati di masyarakat, bahkan dirinya menjadi Kepala KUA termuda di Kabupaten Indramayu," ucapnya.
Lanjut Ratnadi, sejumlah tokoh bahkan ikut berduka cita dan menyampaikan belasungkawa langsung ke rumah duka, seperti Kapolda Jabar, Kapolres Indramayu, Kepala Kementerian Agama Indramayu, dan lain-lain.
2. Korban Masih Menyisakan Satu Orang Anak Berumur 9 Tahun
Sepupu korban, Ratnadi menyampaikan, H. Tasdan masih menyisakan satu orang anak, anak tersebut merupakan putri pertama korban.
Disebutkan Ratnadi. Putri sulung korban bernama Zulfa Fadilah (9) tidak ikut terlibat menjadi korban kecelakaan yang menewaskan seluruh anggota keluargannya itu.
"Kebetulan anaknya itu ada satu yang tidak ikut, de Zulfa. Hanya ada H. Tasdan beserta istri dan anaknya, mertuanya, bibinya Zulfa, dan anak-anaknya yang berada dalam mobil," ucap dia saat ditemui Tribuncirebon.com di rumah duka di Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Minggu (30/6/2019).
Disampaikan dirinya, Zulfa Fadilah sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Namun, masih ada adik kandung dari H. Tasdan, yaitu Hj. Suminah.
"Kemungkinan besar Zulfa bakal dirawat sama bibinya, karena memang sudah punya siapa-siapa lagi," kata dia.
3. Zulfa Sempat Menangis Menahan Keluarganya Pergi Saat Sebelum Kecelakaan
Sepupu korban, Ratnadi menyampaikan, Zulfa Fadilah (9) menangis menahan orangtuanya itu hendak pergi pada Sabtu (30/6/2019) sekitar pukul 13.00 WIB.
"Biasanya tidak nangis, tapi waktu itu nangis karena ditinggal," ujar dia saat ditemui Tribuncirebon.com di rumah duka di Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
Dirinya menjelaskan, alasan Zulfa Fadilah tidak ikut rombongan orangtuanya lantaran sering mabuk kendaraan.
"Dia diajak gak mau karena suka mabuk, tapi ditinggal nangis, padahal biasanya tidak begitu," ucap dia.
4. Zulfa Bertanya "Nanti Saya Sama Siapa?"
Saat berada di lokasi rumah duka, tampak Zulfa Fadilah tengah merenung atas kepeninggalan seluruh anggota keluarganya.
Beruntung, saat itu ada beberapa teman sebaya Zulfa Fadilah di rumah duka menghibur dirinya yang sedang berkabut.
Kesedihan itu, tampak jelas dari rawut wajah bocah kelas 3 SD itu. Meski sedang bersama rekan-rekannya, Zulfa Fadilah hanya banyak terdiam sambil sesekali menanggapi obrolan dari teman-temannya.
Sepupu H. Tasdan sekaligus Kepala Desa Ranjeng menceritakan, saat di tempat pemakaman, Zulfa Fadilah sempat bertanya.
"Nanti saya sama siapa? Sambil menangis nanya seperti itu," ucapnya.
Pihak keluarga pun memberi pengertian untuk mengikhlaskan kepergian H. Tasdan dan keluarga serta memberi doa yang terbaik untuk seluruh korban.
5. Janin Berusia 6 Bulan Kandungan Diberi Nama Rokimah Oleh Kepala Kemenag Kabupaten Indramayu
Sepupu salah satu korban, Ratnadi mengatakan, saat dikebumikan janin tersebut diberi nama Rokimah.
Adapun nama Rokimah sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu, H. Sofandi.
"Tadi saat pemakaman diberinama Rokimah oleh Bapak Ketua Kementerian Agama Kabupaten Indramayu," ujar dia saat ditemui Tribuncirebon.com di rumah duka di Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Minggu (30/6/2019).
Diberinya nama janin itu oleh Kepala Kemenag, dengan alasan si janin akan dikuburkan terpisah dari ibu kandungnya.
"Iya si janin ini makanya kuburannya itu dipisah," ucap dia.
Lebih lanjut Ratnadi menuturkan, saat pemakaman terdapat empat buah makam, pertama makam H. Tasdan, kedua istrinya Hj. Dian Kudprihatini, ketiga anak kedua mereka Muti amrilah, dan makam terakhir anak ketiga Rokimah.
6. Keluarga Ikrarkan Janji Korban Yang Hendak Menyunati Putra Keduanya
Sepupu salah satu korban, Ratnadi mengatakan, sebelum meninggal korban (H. Tasdan) pernah berikrar akan menyunatkan putra keduanya, Muti Amrilah (5).
"Tadi habis pemakaman diikrarkan juga sunat Muti. Walaupun sudah meninggal tapu sudah ada niatan mau disunatkan oleh korban," ujar dia saat ditemui Tribuncirebon.com di rumah duka di Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Minggu (30/6/2019).
Adapun tata cara penyunatan itu, dijelaskan Ratnadi dilakukan sebagaimana prosesi sunat pada umumnya.
Hanya saja, prosesi sunat ini diwakili dengan menggunakan jantung pohon pisang sebagai mediator.
"Saat pengikraran sunat Muti tadi disaksikan juga oleh keluarga dan kerabat yang hadir melayat," ujar dia.
Disampaikan Ratnadi, Muti Amrilah adalah anak kedua dari pasutri yang menjadi korban kecelakaan kereta api, H. Tasdan dan Hj. Dian Kudprihatini. (*)